Seorang cowok
berseragam dengan tas di punggungnya keluar dari gerbang bertuliskan SMA
Persada. Tak lama kemudian ada sebuah motor berhenti di sampingnya, ia kemudian
menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah motor di sampingnya. Ia tersenyum
kepada cowok yang mengendarai motor tadi, kemudian turun dan melepas helm full
facenya. “ Hai bro. Motor loe kemana?” tanya cowok itu yang bernama Rio. “Hai
juga Io, motor gue masih di bengkel. Tumben loe gak bareng Ify?” tanya cowok
sebelumnya yang bernama Cakka. “Oh Ify? Dia masih ada tambahan. Oh yabareng gue
aja yuk Kka!” Ajak Rio. “Gak usah deh Yo,” Tolak Cakka. “Jiah, loe gitu
sekarang? Ma sobat sendiri juga. Terus loe pulang naik apa dong?” “Naik bus.
Yaudahkalo gitu antar gue ke halte bus aja!” Sambil menunjuk ke arah halte bus
di seberang sana. “Ok deh sob.” Mereka pun melaju dengan menggunakan motor Rio.
***
Lima menit yang
lalu Cakka telah sampai di halte bus ini. Tak lama kemudian akhirnya yang
ditunggu-tunggu datang juga. sebuah bus berhenti tepat di hadapannya. Cakka
menyunggingkan senyumnya lega. “Akhirnya datang juga” Ia pun segera menaiki bus
itu. Semua tempat duduk di bus itu ternyata sudah penuh. Hanya ada satu tempat
duduk dan disampingnya sudah ada seseorang. Ia segera duduk di tempat itu.
Cakka menoleh ke sebelah tempat duduknya dan tersenyum. “Bolehkah aku duduk di
sampingmu?” Tanyanya ramah. Gadis itu, gadis berseragam SMA menoleh ke arah
Cakka. ‘Degg’ hati Cakka berdesir ketika melihat gadis tadi. Dengan wajahnya
yang cantik dan menurutnya imut. Tak ada senyuman yang muncul dari bibirnya.
Dengan wajah datarnya, dan kembali ke aktivitasnya semula yaitu memandang ke
arah luar jendela. Tapi sayangnya gadis tadi terlihat dingin dan cuek. Pikir
Cakka.
Selama di jalan
mereka hanya diam. Cakka dan gadis itu. Karena Cakka terlalu bosan akhirnya ia
pun bertanya kepada gadis itu. “Emm, boleh kenalan gak? Nama kamu siapa dan
kamu dari SMA mana?” tanya Cakka ramah. Lagi-lagi gadis itu menoleh ke arahnya
dengan wajah yang datar. Karna takut dia marah akhirnya Cakka meminta maaf.
“Maaf. Oh ya, kenalin namaku Cakka dari SMA Persada.” Kini ia memperkenalkan
dirinya dan mengulurkan tangannya ke arah gadis tadi. Sekali lagi gadis itu
hanya menoleh kemudian memandang tangan Cakka. Tanpa sedikitpun membalas uluran
tangan tadi. “Ya udah deh kalo gak mau.” Cakka pun menarik tangannya kembali
dan hanya tersenyum memandang gadis di sebelahnya. Banyak pasang mata kini
melihat ke arah Cakka. Tapi yang dilihat malah nggak nyadar dan menatap mata
gadis di sebelahnya.
Lama berpandangan
seperti itu akhirnya gadis tadi membuka suaranya juga yang terkesan dingin dan
kaku. “Namaku O...” ‘Ckittttt’ suara decitan rem bus membuat kalimat gadis itu
terputus. Dan ternyata kini mereka telah sampai di tempat tujuan. Dalam hati Cakka merutuki bus itu ‘kenapa
ganggu aja sih’. Tanpa sadar gadis itu telah turun mendahuluinya. Tanpa
membuang waktu lagi Cakka pun mengejarnya. Setelah dekat, Cakka langsung
mencekal tangan gadis itu. Karna reflek gadis itu pun berbalik dengan pandangan
yang masih sama. “Tunggu! Aku belum tau siapa namamu.” Ujar Cakka akhirnya.
“Maaf, tapi aku harus pulang sekarang” Tak sekaku tadi, walaupun ia terlihat
masih kaku dan dingin tapi seenggaknya ia membalas ucapan Cakka. “Ok, kamu
bilang dulu siapa namamu, nanti kamu aku lepas deh. Janji” “Hhh... namaku Oik.
Yaudah permisi aku mau pulang” Setelah menyebutkan namanya yang ternyata gadis
itu bernama Oik ia pun segera melangkahkan kakinya meninggalkan Cakka. “Tunggu”
teriak Cakka lagi. Gadis itu pun meoleh dengan pandangan bingung. “Terima kasih
Oik” lanjut Cakka kemudian. Oik hanya membalasnya dengan seulas senyum dan
berbalik untuk melanjutkan langkahnya kembali. “Terimakasih, karna kamu telah
merebut hatiku Oik” lanjut Cakka dalam hati dan membalas senyuman Oik.
***
Keesokan harinya
saat istirahat di kantin, Cakka pun membicarakan hal ini kepada sahabatnya Rio.
Ia menceritakan semuanya dari awal bertemu yang membuat hatinya dag-dig-dug
melulu sampai akhirnya ia mengetahui nama gadis itu. “Cewek yang aneh”
begitulah ujar Rio. “Itu yang membuat aku berfikir kalo dia itu beda dari yang
lain.Tapi aku masih penasaran deh yo, sama tuh cewek. Kayaknya sih dia bukan
anak SMA sini. Tapi dimana ya? Kok jadi lupa gini gue” Yang tadinya tersenyum
lebar dan kini ia mengerutkan keningnya bingung dan masih berfikir. “Ya udahlah
Kka. Gue kasih saran aja ya, kalo cinta itu dikejar jangan di diemin gitu ntar
nyesel baru tau loe” Kata Rio bijak. “Thanks bangets ya Yo, loe emang sahabat
paling baik deh sedunia. Gak salah Ify pilih loe” Kata Cakka bangga dengan
sahabatnya ini. “Yey, loe baru nyadar ya. Iya-iya gue ngaku kalo gue itu emang
lebih baik dari loe, gue emang lebih keren, cakep dan semuanya deh dari loe”
Ucap Rio lebay dan mendapat satu toyoran dari Cakka. “Kalo soal cakep,keren,
baik, itu lebih kerenan, cakepan, baikan gue kali” setelah ngomong begitu Cakka
langsung lari karna takut kena balasan dari Rio. “Eh awas ya Loe Kka” Teriak
Rio dari kantin.
***
Semenjak saat
itu Cakka dan Oik sering bertemu di bus. Hari ini Cakka tidak menaiki motornya kembali dengan alasan
yang sama seperti tempo hari. Cakka kembali lagi naik bus. Ia kembali bertemu
dengan Oik di dalam bus dengan urutan tempat duduk yang masih sama seperti
kemarin. Yaitu urutan ke 13. Tapi kali ini sepertinya Cakka sudah akrab dengan
Oik. Jadilah mereka bercerita-cerita dan tak jarang juga keduanya tertawa
bersama. Sungguh perkembangan yang baik.
“Oik, kamu tau gak?” tanya Cakka.
“Nggak tuh” jawa Oik menahan tawanya. “Ya ialah kamu gak tau dan gak bakal
pernah tau. Orang aku aja belum ngomong. Makanya dengerin dulu” ujar Cakka
geregetan karna gemas. “Emangnya apa Kka?” tanya Oik sok serius. “aku mau
ngomong tapi kamu jangan marah! Janji!” Cakka mengulurkan kelingkingnya. “Ok
janji. Cepetan dong bicaranya” Setelah Oik melingkarkan kelingkingnya pada
Cakka. “Sebenarnya, sejak awal aku bertemu dengan kamu aku tuh sudah suka sama
kamu. Kamu tuh cantik, imut, manis dan ternyata kamu tuh baik ya?” Oik hanya
tersipu malu. “Kamu mau nggak jadi pacarku?” Lanjut Cakka. Sesaat kemudian Oik
jadi diam dan pandangannya menerawang jauh ke arah jendela. “Oik, kamu kenapa?
Kok ngalamun?” Ujar Cakka mengagetkan Oik. “Nggak apa-apa kok Kka. Maaf tapi
aku nggak bisa jadi pacar kamu” Jawab Oik akhirnya dengan senyuman pahit.
“Kenapa? Jujur, kamu juga suka kan sama aku?” Tanya Cakka berusaha meyakinkan
Oik bahwa ia serius dengan perasaannya. “Emm, aku juga gak bisa bohong sama
perasaanku.” Oik menghela nafas sejenak. “Kamu bakal tau ntar, kenapa aku nggak
bisa jadi pacar kamu” “Ya tapi kenapa Ik? Beri aku alasan kenapa kamu ngomong
gitu? Lebih baik kamu bilang sekarang alasan itu.” “Maaf, aku gak bisa kasih
tau kamu.” Tiba-tiba saja bus itu berhenti. Oik pun turun dari bus itu dan
kemudian disusul Cakka di belakangnya.
Setelahnya mereka turun dari bus, Bus
itu pun segera melaju pergi meninggalkan keduanya yang masih betah dengan
kebisuan itu. Cakka pun sadar saat Oik sudah tak ada di hadapannya lagi dan
pergi meninggalkannya. “Oik tunggu! Biar aku antar kamu pulang ya” Oik
menghentikan langkahnya dan berbalik ke arah Cakka. Oik hanya menggeleng dan
tersenyum, kemudian ia melanjutkan jalannya kembali.
Karna penasaran dengan rumah Oik,
karna kalo setiap ia menawarkan diri untuk mengantarkan gadis itu, pasti gadis
itu akan menolaknya. Mungkin ini kesempatan buat dia mencari tahu tentang gadis
itu.
Cakka terus mengikuti Oik dari
belakang tanpa diketahui oleh Oik tentunya. Oik berbelok ke gang yang menurut
Cakka cukup sempit dan terpencil. Setelah berbelok-belok, sampai juga.Terlihat
Oik memasuki sebuah rumah dengan halaman yang cukup luas, Cakka pikir itu
adalah rumah Oik. “Jadi ini rumahmu.” Lirih Cakka dengan senyuman khasnya.
Setelah ia yakin bahwa Oik benarr-benar sudah masuk ke dalam rumah itu. Ia pun
pergi meninggalkan tempat itu.
***
Beberapa hari telah berlalu. Semenjak
hari itu Cakka tak pernah menaiki bus lagi karna motornya sudah kembali. Cakka
merasa seperti ada yang kurang dalam hari-harinya, ia rindu dengan senyuman itu,
ia rindu dengan suara itu dan juga tatapan itu. Tatapan yang susah untuk
diartikan.
Pulang sekolah Cakka bertekad untuk
menemui Oik. Hal pertama yang dia lakukan yaitu dengan mendatangi rumah Oik.
Tapi Cakka tak datang sendiri. Ia datang bersama Rio. “Kka, apa bener ini
rumahnya Oik?” tanya Rio. Setelah mobilnya berhenti di halaman rumah yang
terpencil itu. Walaupun jalannya sempit, tapi mobil masih bisa untuk masuk ke
dalamnya. “Iya, bener kok ini rumahnya. Mending kita turun sekarang aja” Ajak
Cakka. “Ok deh” mereka segera membuka pintu mobil dan berjalan mendekati rumah
itu. ‘tok, tok, tok’ “permisi”. “Iya, sebentar” jawab orang dari dalam yang
terdengar berat dan berjalan membuka pintu. “Kalian siapa ya?” tanya seorang
wanita paruh baya dengan mata yang terlihat semab. Mungkin saja itu ibunya Oik.
Pikir Cakka dan Rio. “Maaf tante, kami ini temannya Oik” Jawab Rio dengan nada
sopan. “Oiknya ada tante?” kini giliran Cakka yang bertanya dengan nada yang
tak kalah sopan seperti Rio. “Mau apa kalian? Oik tak pernah punya teman
seperti kalian. Dan kalian kenal Oik darimana?” tanya wanita itu dengan nada
yang berubah menjadi kasar. “Kami cuman mau tanya gimana keadaannya Oik tante.
Emang sih kami bukan teman satu sekolahnya. Tapi teman saya yang kenal dengan
Oik waktu ia naik bus.” Ujar Rio. “Iya tante. Saya bertemu dengan Oik di bus.
Dan itu juga tak sengaja kami satu tempat duduk.” “Sejak kapan kalian bertemu
dengan Oik.” Ujar wanita itu lagi. “Mah, ada apa sih? Kok ribut-ribut gini?”
Muncullah seorang pria dari dalam rumah itu. Dia adalah papa Oik. Mama Oik
masih saja menatap tajam Cakka dan Rio. “Maaf ya, kalian ini siapa? Ada
keperluan apa kalian kemari?” Tanya pria itu ramah yang kini sedang merangkul
wanita tadi. “Kami temannya Oik om” Jawab Rio. “oh, jadi kalian temannya Oik
ya? Ya sudah masuk dulu yuk.” “Iya om.” Akhirnya mereka pun menceritakan
tentang kedatangannya kemari kepada Papa dan Mama Oik.
Setelah kedua orang tua Oik terdiam
cukup lama. “Sekarang Oiknya ada dimana om, tante?” tanya Cakka yang sudah
penasaran. “mm... Oik.. Oik sudah meninggal nak.” Jawab papa Oik akhirnya. Setelah
menghembuskan nafas berat akhirnya ia pun menceritakan hal yang sesungguhnya.
“Oik meninggal karena kecelakaan. Kecelakaan tragis itu yang telah
mengakibatkannya meninggal. Jadi, saat itu ..
#Flashback on
“Pak stop pak” perintah seorang gadis
berbaju SMA ke seorang supir Bus yang ditumpanginya setelah sampai di dekat
rumahnya. Akhirnya supir bus itu menghentikan lajunya. Gadis itu pun turun tak
jauh dari bus dengan senyuman yang selalu mengembang di bibirnya. Bus itu pun
segera melaju kemnbali. Tiba-tiba saja ia merasa bahwa ada yang menyeretnya.
Setelah ia sadar ternyata tas selempangnya terjepit pada saat pintu bus
tertutup tadi. “Pak, berhenti. Tolong!” Teriaknya dengan suara yang cukup keras
dan ia terus berlari untuk mengimbangi bus itu. Namun naas sang sopir ataupun
keneknya tak mendengar. “pak berhenti!!” kini gadis itu pun sudah mengeluarkan
airmatanya. Dan parahnya lagi bus itu malah mencepatkan lanjunya, karna oleng
dan gadis itu tak sadar apa yang ada di depannya. ‘Braakkkk’ Suara yang cukup
keras, karna hantaman dari tiang listrik. ia terpental beberapa meter dari
tempat itu. Kini seluruh badannya sudah berlumuran darah.
#FLASHBACK END
Waktu itu ada saksi mata yang melihat
kecelakaan itu dan menceritakannya kepada om. Awalnya om tak percaya dengan
kecelakaan tragis yang mengenai Oik anak om dan tante. Tapi kini om yakin,
bahwa itu benar-benar Oik. Jadi kalian tak mungkin bertemu dengan Oik. Karna
kejadian ini sudah setahun yang lalu. Dan kalian baru bertemunya kemarin. Rasanya
tak mungkin.” Ujar Om Riko. “Tapi om,
saya beneran ketemu sama Oik di bus kemarin. Malah beberapa kali kami terlibat
percakapan” Sanggah Cakka. “Mending kalian pulang saja! Kalau memang tak
percaya” marah om Riko tiba-tiba dengan nada mengusir. “Baik om, kita pulang.
Ayo Kka, kita pulang!” Ujar Rio seraya menarik Cakka untuk keluar dengan
keadaan Cakka masih shock.
***
Di sudut sebuah kamar, terlihat
seseorang sedang merenung. Ia nampak masih shock dengan berita itu, berita
mengenai orang yang baru saja mengisi hatinya. ‘tok,tok,tok’ suara ketukan
pintu kamarnya membuyarkan lamunannya. Dengan segera ia berdiri dan mendekati
pintu untuk membukanya. “papa? Tumben pa, pulang jam segini?” Tanya Cakka
bingung. “Iya sayang. Kebetulan tadi di rumah sakit banyak banget pasiennya, dan
gak ada dokter ganti.”Papanya tersenyum. Papa Cakka adalah seorang Dokter
bedah. “Pa, Cakka boleh tanya nggak?” Kini mereka sudah ada di dalam kamar
Cakka. “Tanya apa Kka?” Papanya mengernyitkan dahi bingung. “setahun yang lalu,
papa pernah nggak menangani pasien karna kasus korban kecelakaan lalu lintas
gitu?” Tanya Cakka serius. “Emm,, tunggu bentar deh. Kayaknya sih pernah.
Seorang gadis. Kecelakaan bus” Kata papa Cakka masih mengingat. “memangnya
kenapa Kka? Tumben kamu tanya-tanya soal pasien papa?” “Ya, gak apa-apa sih pa.
Cuman tanya aja. Namanya Oik bukan?” tanya Cakka antusias. “Gak tau, papa lupa.
Tapi kayaknya papa masih nyimpan korannya deh. Papa ambilin dulu ya” Cakka
hanya mengangguk.
Dayat
kembali memasuki kamar anaknya dengan membawa sebuah koran yang sudah lusuh di
tangannya. “Ini Kka korannya” Dayat mengangsurkan koran itu Cakka. “Makasih
pa”. Cakka membolak-balikan halaman demi halaman. Satu halaman yang membuatnya
shock.
‘Kecelakaan
Tragis yang mengakibatkan seorang mahasiswi SMA meninggal dunia. Gadis itu
ditemukan meninggal dunia dengan keadaan yang mengenaskan. Namanya ‘Oik Amanda
Putri’ Sang sopir bus di penjara selama 3 tahun.’
Siang
ini sepulang sekolah, Cakka pergi ke pemakaman Oik. Untuk sekedar berdo’a agar
Oik tenang disana. Bulir-bulir airmatanya pun menetes. Di sampingnya terdapat
temannya Rio yang juga masih menunduk.
‘Semoga
kamu tenang disana ya Ik. Jangan bosan untuk menunggu aku disana ya?! J.’
END