Sabtu, 29 September 2012

Berakhir Dengan Bahagia -Cerpen CaIk-


Seorang gadis sedang bersimpuh di depan gundukan tanah. Air matanya terus mengalir. Satu persatu orang mulai meninggalkan tempat itu sambil menepuk pundak gadis itu untuk sekedar memberi ketabahan dan kekuatan. Seorang pemuda kini berada di sampingnya.
“Oik, kita pulang yuk” Ajak pemuda itu ia merangkul pundak gadis tadi. Namun gadis yang di panggil Oik itu hanya terdiam seakan tak mampu untuk melangkahkan kakinya untuk meninggalkan tempat itu. Untuk sekedar bicarapun sulit.
“Nggak Kka. Aku masih mau disini. Kasihan bunda di dalam sana.” Ujar Oik dengan suara parau.
“Iya, aku ngerti. Tapi kamu kan masih punya Om Riko. Masih ada Acha dan Sivia sahabatmu dan. Aku” ujarnya meyakinkan.
“Kalo gitu kalian pulang dulu aja. Aku masih pingin disini nemenin bunda.” Seorang pria paruh baya datang menghampiri keduanya.
“Oik sayang kita pulang ya. Ayah nggak mau kamu gini. Tuh liat Cakka, Acha, sama Sivia. Kasihan mereka nungguin, lagian juga kalo bunda liat kamu gini, dia pasti sedih.” Ujarnya lembut.
Oik mengalihkan pandangan dari gundukan tanah yang bertuliskan ‘Zahra Dianara’.
“Baiklah Oik pulang” Ujar Oik akhirnya karna ia tak mau melihat orang yang ia sayangi sedih. Dan juga ia tak berani melawan ayahnya. Sebelumnya Oik berkata “Bunda, Oik pulang dulu ya. Hiks.. “ ujarnya masih sesenggukan. “Bunda hati-hati ya. Bunda jangan sedih, Oik bakal baik-baik kok disini. Selamat jalan bunda” Oik mengusap nisan bundanya dengan sayang, kemudian ia menciumnya singkat. “Oik pulang bunda. Ntar Oik kesini lagi kok” Sivia dan Acha ikutan sedih melihat sahabatnya, sesekali mereka meneteskan mata. Cakka hanya bisa memandang Oik dengan tatapan pilu, rasanya ia sangat ingin memeluk gadis itu. Sedangkan ayah Oik hanya bisa menangis dalam kebisuan. Beliau mulai melangkah duluan meninggalkan keempatnya, rasanya ia tak ingin hal ini terjadi. Melihat anaknya menangis menambah sesak dalam hatinya.
                Akhirnya mereka pun meninggalkan pemakaman itu dengan Oik berada dalam pelukan Cakka, di sebelah kanan mereka ada Acha dan Sivia yang ikut berjalan sambil mengusap punggung Oik.
***
                1 Bulan telah berlalu semenjak meninggalnya sang bunda. Sedikit-sedikit Oik mulai bisa menerima kenyataan. Walaupun hatinya masih belum rela dan memendam kesedihan itu. Tapi di depan teman-temannya dan Ayahnya ia berusaha untuk selalu menampilkan keceriaan yang dulu selalu ia miliki. Seolah-olah tak terjadi apa-apa.
                Setelah satu bulan disibukkan dengan pekerjaannya, tiba-tiba ayahnya mengajak Oik untuk dinner bersama Sabtu ini, seperti dulu sebelum bundanya meninggal. Katanya Ayah Riko ingin bercerita-cerita. Soalnya sudah lama mereka tak melakukan hal itu lagi.
                Saat ini Oik dan ayahnya sudah berada di salah satu restoran mewah yang ada di Kota Bandung.
“Ayah, ayah mau bicara apa? Katanya ada yang penting?”Tanya Oik membuka pembicaraan.
“Oik, bicaranya nanti dulu ya. Nunggu seseorang bentar.” Kata ayahnya dengan senyum.
Saat Oik sedang sibuk dengan minumannya, tiba-tiba saja
“Hai Riko” sapa seseorang.
‘mungkin itu yang ayah tunggu’ pikir Oik masih sibuk dengan minumannya.
“Hai Shilla, silahkan duduk” ajak ayah Oik.
“Baiklah, Udah nunggu lama ya?” tanyanya.
“Ah enggak, biasa aja.” Kemudian Ayah Riko berpaling kepada Oik. “Oh ya, Ik kenalin ini tante Shilla. Shilla ini Oik anakku”
“Oh jadi ini anakmu? Udah besar ya ternyata? Cantik lagi seperti bundanya.” Ujar Shilla.
“Hay tante, makasih.” Balas Oik senang.
Pembicaraanpun berlangsung cukup lama.
***
                Oik baru saja pulang dari sekolahnya dengan diantar Cakka menggunakan motor CBR yellownya.
“Makasih ya Kka” kata Oik setelah turun dari motor itu.
“Iya sama-sama. Em, ya udah sekarang kamu masuk gih” suruh Cakka lembut.
“Lho? Kamu nggak pulang?” tanya Oik bingung.
“Nanti aku pulang setelah mastiin kamu udah masuk rumah atau belum” cengirnya.
“Ih kamu bisa aja. Ya udah deh aku masuk dulu ya. Hati-hati di jalan”
“Sipp deh”
                Setelah Oik masuk ke rumahnya, Cakka segera melesatkan motornya pergi meninggalkan rumah Oik.
                Oik pun berjalan memasuki rumah. Seperti biasa di rumah hanya ada bibik dan dirinya. Jam segini Ayahnya pasti belum pulang. Namun saat Oik akan menaiki tangga menuju kamarnya ada orang yang menyapanya.
“Tadi di anter siapa Ik?” Tanya orang itu. Oik mengalihkan pandangannya ia mendapati ayahnya sedang duduk di ruang keluarga yang tempatnya berdekatan dengan tangga.
“Eh yah, udah pulang? Tumben banget.” Ia tak menjawab pertanyaan ayahnya malah balik bertanya.
“Iya ayah udah pulang kok, kamu ditanya malah balik tanya. Tadi Cakka ya?” tanya ayahnya jahil.
“Ih ayah, apa deh. Iya tadi emang Cakka yang anter Oik pulang. Kenapa?” Ujaar Oik cemberut mendapat ledekan dari ayahnya.
“Nggak kenapa-kenapa. Tapi kalo ayah liat, kalian cocok deh.”
“Mulai deh. ah udah ah jangan bahas itu. Oik malu tau”
“Eh nggak percaya. Kayaknya Cakka tuh suka sama kamu. Kamu juga suka kan sama dia? Hayooo”
“Ih ayah udah. Oik ngambek nih” Bibirnya udah makin maju.
“Iya deh iya, ih kamu jelek tau kayak gitu. Hahaha...” tawa ayahnya meledak. “Ik, ayah mau tanya serius nih sama kamu” Ujar ayahnya yang udah berhenti tertawa dan wajahnya berubah serius.
Oik pun duduk di sebelah ayahnya.
“Tanya apa yah?” tanyanya bingung.
“Em, kalo kamu punya bunda baru setuju nggak?” tanyanya lagi yang membuat Oik cengo.
‘Bunda baru? Ok deh, mungkin ini jalan yang baik untuk membuat ayah bahagia lagi dengan bunda baru tentunya’ bati Oik dan tersenyum.
“Emangnya bunda barunya siapa yah?” tanya Oik penasaran.
“Tante Shilla” jawabnya singkat. “Tapi ya kalo kamu nggak mau juga nggak apa-apa kok. Ayah ngerti”
“Oik sih setuju-setuju aja, asalkan ayah bahagia dengan tante Shilla. Lagian juga kalo diliat-liat dia baik baik, cantik, apa lagi ya? Tapi itu terserah ayah juga. dan pastinya harus minta ijin dulu sama bunda zahra Ok ;)”
“Makasih Oik, kamu anak ayah yang paling baik deh, paling cantik, paling segalanya. Ayah janji ayah nggak bakal ngelupain kamu sama bunda Zahra.” Sangking senengnya Ayah Riko memeluk Oik erat.
“Ayah, emangnya anak ayah siapa lagi?” tanya Oik bingung.
“E... enggak ada. Hehehe” cengirnya.
“Ya iyalah Oik paling cantik, baik, dan segalanya orang anak ayah cuman Oik doang”
***
                Beberapa bulan telah berlalu semenjak pernikahan Shilla dan Riko. Dan selama itu pula Shilla sangat baik kepada Oik. Bahkan ia mengajak Oik Shopping bareng, makan bareng. Selama itu pula ia merasa sangat senang. Bundanya seperti kembali lagi.
                Namun pada suatu hari saat Ayah Riko pergi untuk mengurus proyeknya yang berada di Kalimantan, tante Shilla yang notabennya ‘bunda baru’ Oik tiba-tiba saja sikapnya berubah total nggak seperti biasanya. Ia cepat marah, dan terkadang pekerjaan rumah Oik disuruhnya untuk membersihkan. Padahal sudah ada Bibi yang mengurusnya. Apa ini tanda-tanda peran ibu tiri untuk menyiksa anak tirinya akan segera dimulai? Entahlah.

Hari ini semua murid di SMU Antariksa tempat Oik dan kawan-kawan bersekolah dipulangkan lebih awal. Saat Oik, Acha dan Sivia sedang berjalan di koridor, tiba-tiba saja ada beberapa anak yang menghampirinya.
“Hay Ik, kita pulang bareng yuk?” ajak cowok itu yang tak lain adalah Cakka.
“Em, tapi aku sama Acha sama Sivia” ujar Oik sambil melihat Acha dan Sivia bergantian.
“Udahlah Ik kita nggak apa-apa kok.” Ujar Sivia berusaha mengerti.
“Iya, mending loe balik aja sama Cakka. Tenang aja Acha balik bareng gue kok” Kata salah satu cowok diantara kedua teman Cakka. Dia Ozy yang segera pindah tempat untuk merangkul Acha.
“Dan Via sama gue” ujar cowok satunya lagi Gabriel.
“Iya Ik, kita nggak apa-apa kok. Kasihan tuh Cakka udah nunggu lama” Ujar Acha.
“Ya udah deh. Yuk Kka pulang” Kata Oik akhirnya.
Cakka dan Oik pun meninggalkan ke empat temannya.
Saat di parkiran,
“Ik, jalan-jalan bentar yuk.” Ajak Cakka
“Tapi Kka, aku nggak bisa” Jawab Oik merasa bersalah.
“Lho kenapa? Dulu juga kita sering jalan.” Tanya Cakka bingung, merasa aneh dengan sikap Oik akhir-akhir ini. Walaupun mereka semua udah tau kalo Cakka suka sama Oik semenjak Cakka belum putus dengan Nadya beberapa bulan yang lalu. Sampai saat ini walaupun ia telah putus dengan Nadya, namun rasanya belum berani untuk ia nyatakan cinta ke Oik secara langsung.
“Iya sih. Tapi aku harus bantu-bantu bunda Shilla di rumah.”
“Bukannya di rumahmu udah ada bibi?” Tanya Cakka semakin bingun. “Ayolah Ik sekali ini saja” mohon Cakka sangat. Oik jadi tak tega sendiri melihat Cakka memelas gitu.
“Iya deh. Ya udah yuk pergi sekarang. Tapi ntar pulangnya jangan kesorean ya”
“Sipp bos. Yuk naik”
                Setelah itu mereka melesat dengan motor CBR Cakka. Oik memeluk pinggang Cakka erat, karna ia taku jatuh. Habisnya Cakka kalo naik motor kenceng banget. Jadi ngeri sendiri.
                Cakka mengajak Oik ke suatu tempat yang sengat indah. Sebuah danau yang airnya masih terlihat jernih tanpa sampah atau limbah sekalipun. Disana ada perahu, Cakka mengajak Oik menaiki perahu itu.
“Ik, kita naik perahu yuk.” Ajak Cakka sambil berlari menggandeng tangan oik.
‘Deg’
Entah perasaan apa yang kini singgah di hati Oik, seakan semua masalahnya lenyap seketika.
“Aku takut kalo jatuh Kka” Ujar Oik setelah mereka berdua telah sampai di situ. Tempat dimana perahu berada.
“Udah nggak apa-apa. Ada aku kok yang slalu ada buat kamu. Kamu nggak bakal jatuh deh.” Kata Cakka meyakinkan.
Oik hanya mengangguk dan tersenyum.
                Setelah mereka menaiki perahu, perahupun mulai didayung Cakka agar berjalan. Oik menikmati udara luar yang udah lama ia tak hirup. Sudah lama ia tak melakukan ini, Ia jadi ingat dengan bundanya.
“Oik, gimana kamu suka nggak?” Tanya Cakka yang daritadi memperhatikan Oik.
“Suka, suka banget malah. Aku jadi kangen nih sama bunda. Apa kabarnya bunda disana ya?” tanya Oik, seperti kepada dirinya sendiri. Cakka yang melihatnya pun menghibur Oik.
“Syukur deh kalo kamu suka tempatnya. Udah dong, jangan sedih lagi ya. Tante Zahra pasti bahagia kok disana asalkan kamu tersenyum.” Senyum Cakka. “Oh iya Ik, sebenernya aku mau bilang kalo aku...” Ucapnya menggantung.
“kamu mau ngomong apa kka?” tanya Oik bingung.
“Aku suka Ik sama kamu. Aku cinta sama kamu. Kamu bisakan liat itu semua dari mataku?” Ujarnya.
                Oik kini diam, tak percaya dengan pernyataan Cakka barusan. Ia deg-degan, ia grogi, ia salting di tatap Cakka seperti itu.
Cakka memegang dagu Oik dan mengangkatnya agar bisa menatap mata Oik.“Tatap mataku Ik” mohonnya. “Apakah kamu mau jadi gadisku?” tanya Cakka lembut.
Oik menolehkan wajahnya agar matanya tak bertatapan dengan Cakka.“Tapi Kka..”
“Kamu nggak percaya Ik?” tanya Cakka kecewa.
“Bukan gitu Kka, aku percaya kok. Tapi aku...”
“Kamu kenapa Ik? Apa udah ada orang lain di hatimu sekarang?” Tanyanya lesu.
“Nggak kok. Kasih aku waktu Kka buat jawab pertanyaan kamu” Kata Oik akhirnya.
“Ya udah, sampai kapan pun aku akan menunggumu Ik. Aku nggak akan memaksa kok” Cakka tersenyum. Oik pun mebalasnya senyum.
                Tak terasa langit sudah berubah warna menjadi jingga. Sebentar lagi matahari akan tenggelam. Oik yang baru menyadarinya akhirnya meminta Cakka untuk mengantarkannya pulang. Ia takut bila nanti sampai di rumah. Mereka pun meninggalkan danau itu dan melesat menuju rumah Oik.

                Oik turun dari motor Cakka di depan sebuah rumah megah, ia menyerahkan helm yang tadi ia pakai.
“Sekali lagi makasih ya Kka, untuk hari ini.” Ujar Oik.
“Iya sama-sama, kamu nggak usah lebay gitu deh.” Cakka mengacak rambut Oik.
“ehhehehe... ya udah deh aku masuk dulu.”
“Iya. Aku pulang dulu.” Tanpa disangka Cakka pinggang Oik mendekat ke arahnya, ternyata ia mengecup kening Oik.
                Setelahnya Cakka pergi, ia pun masuk ke dalam rumah dengan senyum-senyum sendiri.
“Enak  ya, anak SMU balik hampir Maghrib. Di antar pacar, dicium lagi” Suara pedas Bunda Shilla membuatnya berhenti dan menunduk.
“Tadi bukan pacar Oik kok bun. Tadi itu ada pelajaran tambahan” Kata Oik, ia terpaksa berbohong agar Bunda Shilla tak marah. Namun perkiraannya salah.
“Enggak usah panggil-panggil bunda deh” Ketusnya. “Sejak kapan aku ngelahirin kamu hah? Sekarang bunda tersayangmu itu udah mati. Sebentar lagi ayahmu akan jatuh ke tanganku” Mendengar itu Oik langsung mendongak kaget,
“Tan..tante mau apakan ayah? Ayah nggak salah apa-apa tante. Udah cukup Oik saja” tak terasa airmatanya jatuh membasahi pipinya.
“kamu gak perlu tahu apa yang akan saya lakukan kepada kalian. Permainan baru saja kita mulai Oik sayang” ujarnya dengan senyum sinis. “Sekarang mending kamu bersihin seluruh rumah ini! Besok kamu cuci semua baju-baju kotor, pembantu pulang kampung. Kamu kerjain semuanya sendiri! Halaman depan sama belakang juga, jangan lupa kolam renang di kuras.” Ujarnya, saat mau meninggalkan Oik, ia behenti sejenak. “Oh ya, awas aja kalo kamu sampe berani bilang sama semua orang tentang hal ini terutama sama ayah tercintamu itu”
                Oik tak bisa menolak ataupun membantahnya. Bukannya ia takut sama Ibu tirinya, tapi ia tak mau terjadi apa-apa dengan ayahnya.
                Setelah mandi Oik langsung mengerjakan pekerjaannya. Ia ingin semua selesai dengan cepat. Lagian ini juga bukan yang pertama kalinya Ibu tirinya itu menyuruhnya buat mengerjakan urusan rumah tangga ini. Oik memulainya dari menyapu rumah.
                Tak terasa hari sudah larut, bersamaan dengan itu ia telah menyelesaikan semua pekerjaannya. Tak ada pikiran buat makan malam, Ia langsung merebahkan diri di kasurnya yang empuk. Rasanya ia ingin kabur, atau apalah gitu agar bisa bebas dari penderitaan ini. Syukur-syukur ayahnya bisa pulang secepatnya.
                Oik mengambil Sebuah album foto berukuran besar berwarna biru tua yang terletak di atas pianonya. Ia mulai membuka satu persatu lembaran foto itu, ia mulai mengingat-ingat kejadian-demi kejadian. Disana ada foto bundanya. Bunda saat menggendongnya waktu kecil, saat bermain boneka.
Kubuka album biru
Penuh debu dan usang
Kupandangi semua gambar diri
Kecil bersih belum ternoda

Pikirkupun melayang
Dahulu penuh kasih
Teringat semua cerita orang
Tentang riwayatku
Reff
Kata, mereka diriku selalu dimanja
Kata, mereka diriku selalu ditimang

Nada-nada yang indah
Selalu terurai darinya
Tangisan nakal dari bibirku
Takkan jadi deritanya

Tangan halus dan suci
Telah mengangkat tubuh ini
Jiwa raga dan seluruh hidup
Rela dia berikan

Back to Reef
*Oh.. bunda ada dan tiada dirimu
Kan selalu ada di dalam hidupku

                Oik mengakhiri lagu itu denga air mata yang kini sudah membentuk anak sungai di kedua pipinya. Bersamaan dengan itu pula ia sampai di halaman terakhir album foto itu.
“Bunda, Oik kangen sama bunda. Bunda apa kabarnya disana? Bunda jangan hukum bunda Shilla ya, ini semua bukan salah dia. Ini salah Oik. Salah Oik yang nggak patuh sama perintahnya, maafkan Oik Bunda, maafkan Oik Allah. Do’akan Oik bunda, biar Oik sabar dan kuat untuk menghadapi bunda Shilla. Bunda juga jangan marah ya sama ayah, ini bukan salah ayah kok.” Kata Oik dengan senyuman tulusnya, ia terus memandangi foto bundanya di sebuah figura, lalu ia menciumnya sangat lembut dan dalam. Seakan yang ada di dalam foto itu nyata.
***
                Pagi ini terlihat agak mendung, Oik bangun. Badannya terasa sakit semua. Tapi apapun yang terjadi ia harus tetep sekolah. Saat ia hendak bangun, ia mendengar seseorang sedang berbicara di bawah.

Di tempat lain,
‘tok,tok,tok’
Seseorang membuka pintu. Seorang wanita paruh baya keluar.
“Siapa?” tanyanya.
“Em, Oiknya ada tante?” tanya orang itu yang tak lain adalah Cakka.
“Oik gak tau kemana” ujarnya ketus.
“Tante tau Oik kemana?” Tanya Cakka lagi.
“Ngapain sihnyari dia? Mending sekarang juga kamu pergi! Kecil-kecil udah berani pacaran” ketusnya.
“Tapi tante..”
“Sana pergi. Sekali lahi saya katakan, Oik nggak ada disini. Udah mati bareng ibunya kali” Kata wanita itu masa bodoh.
“Tante jangan bilang gitu ya, bagaimanapun dia juga anak tante walaupun tiri.” Cakka kini malah balik marah kepadanya.-waktu di danau, Oik bercerita tentang ibu tirinya-
“Udah berani kamu sama orangtua? Pergi sana!” usirnya, kini sambil mendorong-dorong Cakka agar menjauh dari rumahnya. Tak lupa ia gembok pintu gerbang agar Cakka tak lagi bisa masuk.
                Setelah Shilla masuk ke dalam rumah, Cakka melesat pergi dengan motornya. Di dalam otaknya hanya memikirkan gimana keadaan Oik, dimana ia sekarang.

                Acha dan Sivia menunggu Oik di dalam kelas, tak biasanya Oik datang terlambat. Itu pun kalo Oik berangkat. Kedatngan Cakka ke kelasnya, Acha dan Sivia menyambutnya dengan berbagai pertanyaan.
“Lho, Oiknya mana Kka? Bukannya kamu jemput Oik ya?” Tanya Acha bingung.
“Iya Kka, kok Oiknya nggak bareng kamu sih?” kini giliran Sivia yg berkata.
“Nah itu masalahnya kenapa gue kemari. Gue mau nanya ma kalian, Oik kemana?” Tanya Cakka.
“Kok nanya ke kita. Dari tadi Oik belum berangkat, dikira kita ya Oik sama kamu gitu” jawab Acha.
“emang sih tadi gue ke rumah Oik, niatnya mau ngejemput. Tapi yang keluar mama tirinya. Gue nanya Oik kemana, eh dia malah bilang Oik nggak ada di rumah. Aku tanya kalian, mungkin saja kalian tau kemana Oik. Kalian kan sahabatnya”
“Kita gak tau Oik kemana supah deh, duh kemana ya Oik?” Jawab plus tanya Sivia khawatir.
“Ya udah mending ntar pulang sekolah kita cari bareng-bareng.
***
2 hari telah berlalu
                Dengan keadaannya yang kurang enak badan, Oik masih harus mengerjakan tugasnya. Otomatis ia terpaksa membolos.  Tadi sebelum Shilla pergi, ia telah mewanti-wanti Oik agar tidak menerima sembarang tamu, terutama teman-temannya dan juga Cakka.
                Hari sudah mulai siang, Oik sedang menyirami tanaman di halaman depan. Terdengar suara deru motor berhenti di depan gerbang. Oik mendekatinya, ia kaget ternyata yang datang adalah Cakka. Ia bingung harus ngomong apa. Oik berusaha menghindar dari Cakka. Ia meninggalkan selang yang masih memancarkan air,
“Oik tunggu” teriak Cakka.
Oik hanya bisa menghentikan langkahnya, dan ia hanya diam mematung.
“Selama ini kamu kemana sih Ik? Kita tuh khawatir nyariin kamu, kamu gak berangkat tanpa ketearangan lagi. Seenggaknya kamu telfon Via atau Acha kek. Mereka tuh kelimpungan nyari kamu.” Nadanya seperti menandakan bahwa ia marah, khawatir, dengan keadaan Oik. Cakka berusaha membuka gerbang, dan berhasil. Ternyata gerbangnya tidak di gembok. Cakka berlari menuju ke arah Oik. Ia memeluknya sangat erat.
“Oik, kamu tau gak sih? Selama ini aku gak konsen belajar, gara-gara aku khawatir dengan keadaanmu. Kamu janji kan nggak kayak gini lagi?” Tanyanya meyakinkan Oik.
“Kka, lepasin. Aku mohon Kka.” Oik masih tetep nggak berbalik, ia pun berusaha untuk melepaskan tangan Cakka dari pinggangnya.
“Aku nggak mau lepasin kamu lagi. Sebelum kamu janji nggak kayak gini lagi, nggak ngehindar lagi dari aku.”
Kini Oik berhasil melepaskan tangan Cakka dari pinggangnya. Dan berbalik menatap Cakka tajam, “Aku nggak bisa janji sama kamu. Oh ya, yang buat di danau itu aku udah mutusin”
“Bener Ik? Jadi kamu mau jadi pacarku” Tanya Cakka berbinar.
“Maaf, aku nggak bisa terima kamu. Aku nggak cinta sama kamu. Lebih baik sekarang kamu pulang dan jangan peduliin aku lagi. Aku mohon Kka” Ujar Oik, semua itu salah besar. Padahal ia sangat berharap untuk mengatakan ‘aku mau jadi pacar kamu Kka, aku cinta sama kamu’. Namun rasanya susah, apalagi Ada tante Shilla yang jelas-jelas mewanti-wanti agar tidak berhubungan dengan Cakka.
“Oik tatap mataku Ik, kamu nggak serius kan buat ngomong gitu? Aku yakin kamu pasti punya rasa yang sama denganku. Benerkan Ik?” Tanya Cakka berusaha meyakinkan Oik lagi.
“hhhh... itu semua salah. Yang aku omongin tadi benar.”
‘itu semua benar Kka, yang kamu omongin itu benar. aku sangat cinta sama kamu’ batinnya.
“Tapi Ik,..”
“mending kamu pulang deh Kka, sebelum bunda datang” kata Oik datar. Ia melangkahkan kakinya untuk pergi. Namun Cakka lebih dulu mencekal tangannya. Cakka heran dengan warna biru ke hijau-hijauan yang ada di lengan Oik. Dan juga warna merah di pipi sebelah kirinya.
“Ik, ini tangan kamu kenapa? Pipi kamu juga. Cerita ke aku Ik, siapa yang ngelakuin ini semua?” tanya Cakka khawatir sambil memegang luka yang ada di tangan Oik dan juga pipi Oik.
“Oh itu nggak kenapa-kenapa kok. Tenang aja, ini di pipi gara-gara di gigit nyamuk terus aku kukur deh. nah, kalo yang di tangan gara-gara aku kurang berhati-hati, natap pintu deh. bener kok” Ujar Oik, kini ia mulai tersenyum.
“Serius? Tapi ini kayak bekas tamparan tangan deh.” Tanya Cakka menyelidik.
“Bener. Ya udah mending kamu pulang sekarang aja deh, bentar lagi bunda pulang”
“Ya udah aku pulang. Kamu hati-hati ya, kalo ada apa-apa bilang ke aku.”
“Sipp”
Cakka pun meninggalkan rumah Oik.
“Fiuh.. hampir aja” Kata Oik sambil melihat lengannya yang terasa nyeri kena pukulan dari ibu tirinya.
***
                Hari-hari dilalui Oik seperti biasa, ayahnya belum pulang juga.  Shilla mengajaknya pergi entah kemana.
                Kata Shilla untuk beberapa bulan mereka akan tinggal di rumah yang udah di beli Shilla mungkin. Apa rencananya udah berhasil?
“Ini rumah siapa tante?” Tanya Oik bingung.
“Udah deh kamu diem aja! Masih mending aku ajak tinggal kamu disini. Bentar lagi Ayahmu itu akan bangkrut. Jadi mulai sekarang berterima kasihlah kepadaku” Jawabnya enteng.
“Nggak mungkin. Ayah nggak pernah korupsi, terus sekarang Ayah kemana?” tanya Oik.
“Tau” jawabnya singkat.

Di tempat lain,
                Sebuah mobil berhenti di depan rumah mewah. Kaca mobil mulai diturunkan. Ia melihat tulisan yang tertulis di depan gerbang. ‘DI JUAL. HARAP HUBUNGI NO. 081987xxxxx’. Orang yang ada di dalam mobil itu menggeram kesal.
“Apa-apaan ini? Sion, antar saya ke Kantor cepetan”
“Baik pak Riko.”
                Mobil itu pun meninggalkan rumah besar itu.menuju ke kantor yang Riko maksud. Sesampainya di kantor ia pun langsung marah-marah kepada semua karyawannya yang kini terlihat sedang duduk-duduk santai tanpa melakukan aktivitas.
“Apa-apaan ini? Keanapa kalian nggak kerja? Cepetan kerja!” marah Riko.
Seseorang datang menghampirinya. “Maaf Pak Riko, perusahaan kita terancam bangkrut. Kami semua bingung apabila nanti kami semua akan di PHK.”
“Kok bisa?” marahnya ke orang tadi.
“Pak, mari kita keruangan saya. Saya mau ngasih laporan keuangan selama bapak tidak ada.” Riko pun mengikuti pegawai tadi menuju ke sebuah ruangan.
“Pak ini laporan keuangan selama beberapa bulan lalu dan sekarang.” Orang tadi menunjukkanlaporan keuangan perusahaan itu.
“Shit, gila ini gila Alvin!” makinya. “Ini kenapa keluaran lebih banyak daripada pemasukan? Ini apa lagi, bulan Juni keluaran samapi mencapai 1 M itu giamana? Kalian apakan aja uang itu.”
“Maaf pak, ini semua atas permintaan Bu Shilla. Itu semua juga atas izin bapak”
“Alvinnn, kamu saya percayai untuk mengurus keuangan, tadinya kamu jangan terima permintaan Shilla gitu aja dong sebelum saya bilang sendiri ke kamu.”
“Tapi disini ada tanda tangan bapak” Alvin mengeluarkan semua cek..
“Ya sudah, kita urus bareng-bareng masalah ini. Saya yakin ini bisa di atasi. Tolong bantu saya Alvin. Sekarang kamu tahu keberadaan Shilla dimana?” tanya Riko.
“saya tidak tahu Pak. Tapi kayaknya Bu Shilla ke daerah Yogya.”
“Terus dia bawa Oik anakku?” Riko Shock mendengarnya.
***
                Seluruh polisi telah berpatroli ke kota Yogya untuk mencari keberadaan Shilla dan Oik berada.
Riko dari tadi berkutat dengan hp’a. Seperti sibuk menelpon seseorang namun tak kunjung ada jawaban dari seberang.
“Halo Cakka, kamu bisa bantu om buat cari Oik?” tanya Riko.
“Iya om, Cakka bisa. Sudah dari kemarin Cakka mencari Oik. Sekarang om dimana?” tanya Cakka.
“Saya di daerah kota Yogakarta.”
“Baik om, Cakka sama temen-temen segera kesana”
Tutt, sambungan putus.


                Cakka yang baru saja mematikan sambungan telpone dari om Riko, ia segera menghubungi Ozy, Gabriel, Sivia juga Acha buat nyari Oik bareng-bareng.
Cakka dan rombongan pun telah meluncur menuju ke Kota Yogyakarta. Ia sangat khawatir sekali dengan keadaan Oik.
“Kka, mending loe diem dulu deh. ini aku masih nyetir, Ntar kalo nabrak gimana” ujar Gabriel yang ada di samping Cakka.
“Gimana gue bisa diem?”
“Sabar Kka” Ujar Ozy.

***
                Shilla kaget dengan mobil-mobil yang kini berjejer di depan rumahnya. Ia menyuruh Oik untuk tetap berada di dalam kamarnya.
“SHILLA... KELUAR KAMU!” Teriak orang dari luar sambil gedor-gedor pintu. Namun Shilla tak juga keluar,
                ‘BRAKKKK’ pintu di dobrak secara paksa. Semua polisi segera memeriksa semua ruangan yang ada di situ.
                Sedangkan Riko mengetuk pintu kamar. “Oik, Oik sayang kamu di dalam nak?” tanyanya khawatir. Namun tak ada suara.
‘BRAKK’ lagi-lagi ia mendobrak pintu secara paksa. Ia bener-bener kaget dengan pemandangan yang ada dalam.
“SHILLA LEPASIN OIK!”
“Aku nggak akan lepasin dia sebelum kamu menyerahkan semua aset kekayaan yang kamu punya.” Tantangnya kini tangan kirinya memegang tangan Oik ke belakang, dan tangan kanannya memegang pisau ke arah leher Oik.
“Ayah, tolong yah kasih aset itu.”
“Enggak Oik, kamu bisa selamat tanpa ayah melepaskan aset ayah.”
“Oh jadi kamu lebih memilih anakmu mati? Manusia bodoh!” umpat Shilla kesal. Ia juga sebenarnya tak tega memperlakukan Oik gini.
“Ayah tolong oik yah, kasih aset itu”
Karna Riko masih kekeh juga, tiba-tiba saja Saat ia mau menusuk Riko,
‘JLEBBB’
Keadaan hening. Mereka semua shock Shilla juga.
“CAKKKKAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA” teriak Oik.
“Cakka?” Riko kaget ternyata yang kena pisau Shilla bukan Oik juga bukan dirinya namun Cakka. Cakka telah menolongnya.
“Cakka kamu nggak apa-apa?” Oik langsung menghambur ke arah Cakka.
“Aku.. nggak.. ke..napa..ke..napa Ik” ucapnya terbata-bata. Masih sempatnya ia tersenyum.
“Angkat tangan saudari Shilla” Sang polisi baru datang dan segera menangkap Shilla.
“Sekarang juga bawa Cakka ke rumah sakit” Ujar Riko.ayah Oik.
Gabriel dan Ozy pun segera membopong Cakka, sebelum ia kehabisan darah.

***
                Di sebuah ruangan di salah satu rumah sakit. Seseorang duduk di kursi samping Tempat tidur.
“Cakka, bangun Kka. Aku mohon bangun. Kamu gak kasihan apa sama aku? Aku sangat mencintaimu Kka. Aku mau kok jadi pacar kamu” kata sang gadis, yang tak lain Oik.
“Oik, kamu nggak tidur sayang.” Sapa seseorang.
“belum ngantuk” jawabnya datar.
“Oik maafkan Ayah, ayah tau ayah salah. Seandainya saja ayah mau ngasih aset itu, pasti sekarang kita nggak akan ada yang terluka.” Sesal Riko.
“Udah terlambat Yah” Jawabnya dingin. Sedangkan Sivia, Acha, Ozy dan Gabriel sudah terlelap di sofa yang ada di ruangan itu.
“Maafkan Ayah”
                Tiba-tiba saja ada yang bergerak di genggaman Oik. Ternyata itu yang bergerak tangan Cakka.
“Kka, kamu sadar?” tanyanya setengah nggak percaya namu ia mulai bahagia.
Perlahan mata Cakka terbuka. “Aku dimana Ik?” tanyanya dengan suara lirih.
“Kamu di rumah sakit, aku panggilin dokter ya”
“Enggak usah Ik.” Cakka kini beralih ke samping oik. “Om Riko? Om nggak kenapa-kenapa kan?” Tanyanya khawatir.
“Om nggak apa-apa Kok kka, seharusnya om yang nanya ke kamu. Gimana kamu?” beliau tersenyum. “Maafkan om ya Kka, ini gara-gara om.”
“Ini bukan salah om Riko kok, anggap saja ini kecelakaan. Oik, kamu marah dengan om Riko?” tanya Cakka. Namun Oik hanya diam. “Ik, tolong ya kamu jangan marah sama om Riko, beliau berusaha mati-matian buat nyari kamu. Kamu nggak kasihan?” tanya Cakka.
“Iya, Oik juga minta maaf yah” sesal Oik.
“Nggak apa-apa kok Ik, ayah juga minta maaf nggak bisa kasih ibu yang baik buat kamu. Ayah merasa bersalah sama bunda kamu”
“Oik sayang ayah, ayah jangan tinggalin Oik lagi ya” Kini Oik memeluk ayahnya.
“Iya, ayah janji nggak akan ninggalin kamu” Riko mengusap dengan lembut punggung Oik.
“Ekhm, ya sudah ayah tidur dulu ya. Kalian ngobrol dulu aja. Hehehe” ujarnya jahil.
Setelah Ayahnya pergi, kini hanya kebisuan yang menemani mereka.
“Oik, apa kamu masih mau untuk merubah pendirian kamu?” tanya Cakka hati-hati. Oik menunduk malu. Ia mengangguk pelan. “Beneran Ik? Thanks banget ya” Ujar Cakka kegirangan “Auh...” rintihnya.
“Aduh Kka kamu kenapa? Sakit ya? Makanya jangan keterusan, masih sakit juga” omel Oik khawatir.
“Habisnya kelewat seneng sih, jadi kamu mau kan jadi pacarku?”
“Iya Cakka Nuraga. Harus berapa kali aku bilang hmm” geram Oik gemas.
“Hehehe... Love you Ik”
“Love you to Kka”

_TAMAT_

Jumat, 07 September 2012

SERPIHAN HATI (CERPEN CaIk)











dimatamu aku tak bermakna, tak punyai arti apa-apa
kau hanya inginkanku, saat kau perlu
tak pernah berubah

Dear diary, 
       Jatuh cinta sama sahabat sendiri, adalah hal terbodoh yang pernah kulakukan. Harus berapa kali aku merutuki diriku sendiri untuk tak jatuh cinta sama dia.
Sungguh menyakitkan saat dilupakan dan tak dianggap sama sahabat, teman kecilku, teman yang slalu ada untukku.
Cakka Kawekas Nuraga, nama yang selalu ada di hatiku, orang yang selalu bisa membuatku salting saat bersamanya. Di dunia ini banyak beribu cowok, tapi mengapa aku harus mempunyai perasaan lain terhadapnya?
Apa aku salah mencintai sahabat sendiri? Aku tak tahu apa-apa, perasaan itu muncul begitu saja. Aku Oik Cahya Ramadlani, hanya seorang gadis yang baru mengenal apa itu ‘CINTA’ tapi kenapa Cinta Pertamaku setragis ini?
***
Seperti biasa Oik berangkat ke sekolah dengan Cakka sahabatnya. Dari kecil mereka selalu masuk dalam satu sekolah. Apa itu yang dinamakan ‘TAKDIR’?
“Ik, dah sampai.”
“Oh, iya. Masuk yuk udah mau bel nih Kka”
“Ayo”
Mereka pun memasuki kelas bersama-sama. Sesaat kemudian



‘Teeeeeeeettttt’ akhirnya bel istirahat pun telah berkumandang. Ini adalah saat-saat paling menyenangkan bagi semua murid SMA CANVAS. Terutama Cakka dan Oik, mereka berdua emang selalu bareng kemana-mana.
“Ik, aku mau ngomong sesuatu nih” Ujar Cakka saat kelas sudah mulai sepi karna murid-muridnya lari ke kantin.
“Ya udah ngomong aja disini” Jawab Oik dengan nada yang terbilang cukup santai. Padahal, daritadi jantungnya dag-dig-dug mulu waktu Cakka megang tangannya.
“Gak bisa disini. Ke taman aja yuk” ajak Cakka kemudian yang sudah menarik tangan Oik keluar.
Sesampainya di taman.
“Cakka, lepasin!”perintahnya. “Mau ngomong apa’an sih? Kok kayaknya penting gitu?” tanya Oik heran, karena tak biasanya Cakka seperti ini.
“Kamu tahu gak? Saat ini itu aku lagi suka sama seseorang”
“Teruss?” Tanya Oik singkat.
“Dengerin dulu dong! Aku pingin nembak itu anak tapi aku gak berani” Cengir Cakka.
‘Cakka suka sama orang? Ya Allah Cobaan apa ini? Kok aku kayaknya gak rela gitu ya. Aku takut kalau dia udah jadian, ntar aku dilupain.’ Batin Oik
“Ik, kamu kok bengong gitu sih? Daritadi kamu gak dengerin aku ya?” tanya Cakka mengagetkan Oik.
“Eh gak eh iya aku dengerin kamu kok” Ucapnya gagap sambil memaksakan senyum. “Emangnya kamu suka sama siapa Kka?” tanya Oik kemudian sambil menatap mata Cakka.
Saat ini Mereka saling berhadapan.
“Sebenernya aku suka sama Shilla, kelas XI.IPA.1” Jawab Cakka sambil mengembangkan senyumnya.
“Oh” sedangkan Oik hanya membalasnya singkat mendadak ekspresi mukanya berubah sedih. Namun ternyata Cakka tak menyadarinya.
“Oh ya, Ik kamu maukan bantuin aku buat deket sama Shilla? Kamu kan temen satu cheers. Ayolah Ik?” mohon Cakka sangat berharap berharap Oik akan membantunya.
‘mungkin dengan aku menyatukan Cakka dan Shilla, aku bisa bahagia karna Cakka pasti akan bahagia. Melihatnya bahagia aku juga ikut bahagia walau itu bukan ‘aku’ yang membuatnya bahagia.karna aku tak sanggup bila melihatnya sedih. Aku hanya pingin jadi sahabat yang baik buat dia’
“Tuh kan daritadi kamu bengong. Ik, Mau kan? Bantuin aku. Mau ya, Please” mohon Cakka sangat sambil menaik turunkan alisnya.
“Iya deh aku bantu” Jawab Oik akhirnya sambil tersenyum walaupun sebenarnya ia tak bisa untuk melakukannya.
“Yeah, makasih Oikku” Cakka senyam-senyum sendiri, reflek memeluk Oik.
Oik kaget dengan Cakka yang memeluknya tiba-tiba, namun ia seneng juga. Pelukan Cakka nyaman dan hangat. Kemudian ia berfikir lagi mungkin saja itu pelukan terakhirnya dengan Cakka. Tak terasa setetes air jatuh dari kelopak matanya. Buru-buru ia menghapusnya, takut ketahuan Cakka. Itu berarti sama saja dengan membuatnya sedih.
“Eh, sorry Ik. Tadi kelepasan. Hehehe. Maklum masih seneng” Ujar Cakka tiba-tiba dan melepaskan pelukannya dari Oik.
“Iya, gak apa-apa kok Kka” sekali lagi Oik berusaha untuk tersenyum.



Mulai hari ini Oik bertekad untuk menghapus semua perasaannya ke Cakka. Karna ia tahu, Cakka lebih bahagia dengan Shilla nantinya.
Saat ini Oik masih latihan Cheers bersama timnya. Disini Oik menjadi ketuanya. Seteleha tiga puluh menit berlalu, merekapun istirahat untuk sekedar melepas peluh.
Oik menghampiri Shilla yang masih bercerita dengan teman-temannya, mungkin lagi seru. Pikir Oik. Ia pun menghampiri Shilla untuk melancarkan aksinya.
Satt sudah tepat di hadapan Sihlla. “Hay shill, sibuk ya?” sapa Oik dengan senyum untuk sekedar basa-basi.
“Eh, Oik. Gak kok, ini lagi cerita-cerita aja ma Via. Ada apa ya Ik?”
“Shill, aku mau bicara sesuatu sama kamu.”
“Oh ya udah kalau gitu disini aja” Suruh Shilla dengan senyumnya.
“Emmm, kayaknya kita perlu bicara berdua deh” Ujar Oik.


Kini Oik dan Shilla hanya berdua saja di taman sekolah.
“Mau bicara apa Ik?” tanyanya memecah keheningan.
“Kamu mau gak jalan sama Cakka?” tanya Oik
“kamu gila ya? Gak mungkin lah, kamu tahukan kalau aku tuh suka sama Kak Riko” shilla hanya geleng-geleng kepala. “Bukannya kamu suka sama Cakka? Maaf Ik, aku gak bisa”
“Shilla, please. Kamu mau ya? Iya aku tahu kamu suka sama Kak Riko. Aku tahu itu, mungkin melihat Cakka bahagia itu sudah cukup untuk membuatku ikut bahagia.” Ujar Oik. “Lagian ini semua bukan mau ku, ini semua permintaan Cakka. Dia suka sama kamu Shilla, mungkin aku hanya dia anggap sebagai sahabat dan itu tak lebih dari seorang sahabat. Aku pingin membuatnya bahagia sekali saja.” Sesaat kemudian keadaan menjadi hening.
“Tapi Ik”
“Kalau kamu anggap aku teman, terimalah. Hitung-hitung kamu membantu temanmu”
“Baiklah kalau itu maumu, aku akan melakukannya. Tapi jangan pernah salahkan aku kalau nantinya perasaanku berubah ke Cakka.”
“Makasih ya Shill”
Akhirnya Shilla menerima permintaan Oik. Yah, permintaan konyol yang tak banyak orang melakukannya. Sebuah permintaan untuk menjadi pacar dari orang yang ia sangat cintai. Oik tahu ini baru awal cerita,
***
Hari demi hari beralu sejak Shilla menerima tawaran itu. Oik kini merasa Cakka telah menjauh dari dirinya. Padahal ini baru awal,
Dulunya yang Cakka selalu berangkat bersama dengan dirinya, ke kantin bareng, hari minggu ke tempat basecamp, tapi itu dulu. Kini Semua itu digantikan dengan Shilla disisi Cakka, Oik juga kini jarang bertemu dengan Cakka di rumahnya. Mungkin Cakka hampir tak pernah ke basecamp lagi.  Oik kini lebih sering bersama Acha dan Sivia. Seperti saat ini mereka sedang berlatih Cheers.
“Oik, Shilla kok jarang masuk latihan sih?” Tanya Sivia heran.
“Iya Ik, hp’a juga jarang aktif” timpal Acha.
“Mungkin dia lagi sibuk, ya udah Via, Acha kita lanjutin latihannya yuk” Jawab Oik. Ia menghembuskan nafas berat.
“Ik, kamu gak kenapa-napa kan?” tanya Via khawatir.
“Gak kok.” Jawab Oik singkat sambil tersenyum untuk meyakinkan teman-temannya kalau dia tidak kenapa-napa.



Tak terasa kini hari minggu kembali, Oik berniat untuk ke basecamp walaupun ia tahu kalau Cakka tidak bakalan datang.
Oik menaiki mobilnya, hari ini jalanan terlihat sangat sepi. Mungkin juga hati Oik yang ikut merasakan kesepian itu.
Sebuah mobil jass ungu memasuki sebuah rumah yang di depannya terdapat halaman yang cukup luas dengan berbagai macam pohon dan tanaman, yang membuat udara sejuk. Oik turun dari mobilnya, setelah mengunci ia segera masuk ke dalam rumah itu. Disana ada Bi Rum yang sengaja dibayar orangtua Oik dan Cakka untuk mengurus rumah itu.
“Assalamau’alaikum. Bi Rumi, ini Oik” Ketika Oik memasuki sebuah rumah sederhana.
“Non Oik, kok gak bareng sama Den Cakka datangnya?” tanya Bi Rumi heran.
“Oh iya, tadi Oik masih ada urusan”
‘dug..dug...dug..dug” suara pantulan Bola basket terdengar.
“Bi, itu dibelakang siapa ya? Yang mainbola?” tanya Oik heran karna ia tahu itu bukan Cakka.
“Oh, itu den Cakka.”
“Kok gak ada motornya bi didepan?”
“Motornya lagi di bengkel sebelah.”
“Ya udah bi, Oik ke belakang dulu ya”
“Iya non”


‘Dud..dug..dug..dug’ Cakka masih terlihat serius mendribel bola basketnya. Tiba-tiba saja ia mendengar ada suara derap langkah mendekatinya. Ia pun menghentikan permainannya, saat ia menoleh
“Oik? Kamu kesini juga?”Tanya Cakka dengan mengembangkan senyumnya.
“Iya. Lagian juga tiap minggu aku kesini kok. Kamu tuh yang gak pernah kesini.”
“Hehehe.. biasa lagi ‘PDKT’ sama Shilla. Oh ya, makasih ya kamu udah bantu aku buat deket sama Shilla”
“No problem” jawabnya singkat.
Seharian ini mereka menghabiskan waktu bersama di basecamp. Tanpa ada satu orangpun menganggu mereka.
Tuhan, aku berharap padaMu. Semoga Cakka akan kembali dekat denganku seperti dulu.aku tahu, mungkin ini hanya berlaku untuk hari ini saja. Lusa juga dia akan kembali ke dunianya sendiri.Bahkan tadi dia tak menanyakan kabarku.’
***

kadang ingin kutinggalkan semua
pedih hati menahan dusta, diatas perih ini aku sendiri
selalu sendiri
1 Minggu telah berlalu dari pertemuannya dengan Cakka di Basecamp. Hari ini disekolahnya terlihat heboh dengan kabar Cakka dan Shilla jadian.
“Oik, sini deh” tarik Sivia sama Acha mengajak Oik ke bangku saat ia baru saja datang.
“Ada apa sih? Kok kalian heboh banget?” tanya Oik heran.
“Eh Shilla sama Cakka jadian.” Heboh Acha.
“Oh”
“Kok jawabnya gitu sih Ik? Emangnya kamu belum dikasih tau ya, sama Cakka?”tanya Sivia heran. “Dia kan sahabatmu. Kalau sampai itu terjadi, aku gak bakal tinggal diam”
“Bener tuh.” Timpal Acha
“Aku udah tau kok dari Cakka kemarin.” Jawab Oik berusaha biasa saja.
Inilah kelebihan Oik, dia tidak mau membuat semua orang menganggap sahabatnya tak baik. Sampai saat ini dia belum bicara dengan kedua temannya ini tentang hal yang sebenarnya.

1 Minggu telah berlalu dari pertemuannya dengan Cakka di Basecamp. Hari ini disekolahnya terlihat heboh dengan kabar Cakka dan Shilla jadian.
“Oik, sini deh” tarik Sivia sama Acha mengajak Oik ke bangku saat ia baru saja datang.
“Ada apa sih? Kok kalian heboh banget?” tanya Oik heran.
“Eh Shilla sama Cakka jadian.” Heboh Acha.
“Oh”
“Kok jawabnya gitu sih Ik? Emangnya kamu belum dikasih tau ya, sama Cakka?”tanya Sivia heran. “Dia kan sahabatmu. Kalau sampai itu terjadi, aku gak bakal tinggal diam”
“Bener tuh.” Timpal Acha
“Aku udah tau kok dari Cakka kemarin.” Jawab Oik berusaha biasa saja.
Inilah kelebihan Oik, dia tidak mau membuat semua orang menganggap sahabatnya tak baik. Sampai saat ini dia belum bicara dengan kedua temannya ini tentang hal yang sebenarnya.

Tak terasa, hari ini telah tiba , dimana Cakka berulang tahun. Oik menyambutnya dengan gembira,. Ia sudah membuat rencana dari jauh-jauh hari untuk membuat surprise buat Cakka.
Oik sudah siap dengan kue tar ukuran kecil ditangannya. Dengan lilin berangka 17. Malam ini akan menjadi malam terindah Cakka. Pikirnya. Kebetulan rumah Cakka cuman berada di samping rumahnya. Jadi ia hanya membutuhkan waktu beberapa menit untuk sampai di rumah Cakka dengan berjalan kaki.
‘ting,tong,ting,tong’ suara bel rumah berbunyi. Kini Oik sudah berada di depan rumah Cakka.
Pintu terbuka, muncul wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dari dalam rumah.
“Malem tante” sapa Oik ramah.
“Eh Oik, Cakkanya masih ke rumah teman katanya. Udah dari tadi sih, mungkin sebentar lagi dia pulang. Masuk dulu yuk Ik” ajak tante Ida mamanya Cakka.
“Iya tan makasih, tapi Oik tunggu di luar aja ya.”
“Ini udah malem, sebaiknya kamu masuk aja gih. Di luar dingin, bentar lagi kayaknya mau turun hujan”
“Gak apa-apa kok tan, biar Oik bisa langsung ketemu Cakka ntar. Oik kan mau kasih surprise buat ultah Cakka.” Jawabnya senang
“Ya, ampun kamu ingat ya? Tante sampai lupa lho, ya udah deh biar tante temenin aja ya”
“Makasih tante, tapi kayaknya tante capek deh.”
“Gpp kok sayang, ini kan buat Cakka anak tante.”
Akhirnya Oik dan tante Ida pun menunggu kedatangan Cakka di ruang tamu.

1 jam kemudian, kini waktu sudah menunjukkan jam 10.00 malam.
Oik masih berusaha untuk tidak tidur, sedangkan tante Ida di sebelahnya sudah tidur dengan pulas nampaknya.
“Cakka mana sih? Udah jam segini dia kok belum pulang?” tanya Oik entah pada siapa. “Ya, Allah tolong jaga dia” do’a dalam hati.
“Oik, Cakka belum pulang ya?” tanya tante Ida tiba-tiba.
“Iya tan”
“Ya udah, tente masuk kamar dulu ya. Nanti kalau mau pulang minta anter Cakka.
Tak terasa kini sudah jam 11 malam, tak lama kemudian terdengar suara deru motor memasuki halaman.
“mungkin itu Cakka.”
Tak lama kemudian muncul seorang cowok dari arah pintu. Ruangan itu terlihat gelap. Tiba-tiba saja lampu menyala.
“Surprise” ujar Oik dengan membawa kue tar.
“Oik? Ngapain kamu disini?” tanya Cakka bingung.
“Happy Birtday Cakka” Oik menghiraukan pertanyaan Cakka tadi.
“Aku tanya ngapain kamu disini?” Cakka mengulang pertanyaannya.
“Ya buat surprise lah. Ya udah sekarang kamu tiup lilinnya” Oik menyalakan lilinnya. “Sekarang kamu make a wish dulu. Baru deh kamu tiup” Ujar Oik panjang lebar.
“Ik..”
“Ayo kka” ajak Oik sambil menarik tangan Cakka, karna dari tadi Cakka hanya diam.
“Ik”
“Sekarang tiup deh”
“OIK CUKUP”bentak Cakka kemudian yang mulai gerah dengan tingkah Oik.
Tiba-tiba suasana hening. Oik kini diam, tapi tidak dengan otak dan hatinya. Oik kaget dengan bentakan Cakka, karena ini baru kali pertamanya ia di bentak sahabatnya.
“Cak...Cakka”
“CUKUP YA! AKU CAPEK. SEKARANG AKU MAU ISTIRAHAT. MENDING KAMU PULANG SANA!!!!!” bentak Cakka lagi dengan muka marah. Bersamaan itu guntur menggelegar, di depan hujan lebat. Air mata Oik kini mulai turun membentuk sungai kecil di kedua pipi chubbynya.
“Kamu kok bentak aku gitu sih? Apa salah aku?” tanya Oik akhirnya dengan sesenggukan.
“Oik maaf. Sebaiknya kamu pulang sekarang deh. aku udah ngantuk” Cakka kini berbicara dengan nada lembut dan menyesal karna tadi udah berkata kasar dengan Oik.
“Apa kamu capek karna udah ngerayain Ultahmu dengan ‘PACAR BARU KAMU’” ucapnya dengan menekan kata yang di capslock.
“Wajar kan?”tanya Cakka.
“Apa kamu lupa? Ok, semenjak kamu jadian sama Shilla, kamu lupa sama aku. Kamu lupa dengan segalanya. Kamu lupa dengan aku sahabatmu.” Kini Oik menjadi marah.
“Ik bukan maksud aku...”
“Ok fine, mulai sekarang kamu urus aja tuh Shilla. Urus dunia barumu.”
“OIK CUKUP!!! MULAI SEKARANG SHILLA PACARKU, JADI TOLONG HARGAIN DIA!! KAMU SAMA SHILLA ITU GAK ADA APA-APANYA OK. KAMU BUKAN SIAPA-SIAPAKU JADI KAMU GAK ADA HAK BUAT IKUT CAMPUR SOAL DUNIAKU”
Oik menghela nafas sesaat. Ia kaget dengan semua ucapan sahabatnya itu.“ jadi selama ini kamu gak pernah anggap aku ada? Jadi apa arti aku dalam hidupmu? Musuhkah?” Oik sudah cukup capek dengan semua perasaan yang slama ini mengganjalnya. “Kamu lupa dengan semua janjimu dulu,. Aku hanya ingin jujur untuk yang terakhir kalinya sama kamu, CAKKA KAWEKAS NURAGA, apa kamu pernah berfikir? Kalau aku menyukaimu, aku menyayangimu lebih dari sekedar sahabat. Tidak kan? Aku melakukan semua ini, aku bantu kamu buat jadian sama Shilla. Karna aku ingin melihatmu bahagia, walaupun itu sakit. Sakit banget, karna aku tak pantas mempunyai perasaan itu”
Cakka tercenung dengan ungkapan Oik barusan, Oik rela melakukan apa saja demi dirinya bahagia? Pikir Cakka.
Tapi karna ia sudah capek dan akal sehatnya dikalahkan dengan amarah dan rasa kantuk tanpa sadar ia mengucapkan kata yang sebenernya tak ingin ia katakan.
“Kalau kamu emang ingin melihatku bahagia, mending sebaiknya kamu pergi dari kehidupanku dan Shilla! Pergi jauh-jauh karna aku sudah muak”
“Kalau itu maumu aku akan pergi, Kecamkan baik-baik itu” Karna kue yang tadi ia pegang telah jatuh, kini ia mengambil sebuah kado di meja. “Aku lupa, ini kado buat kamu. Tapi kayaknya kado ini sudah ‘tak penting’ lagi lagi buat kamu. Sayang banget ya kalau dibuang? Tapi gpp deh, lagian juga ini kado dari ‘orang gak penting’ kayak aku.” Oik pun membuang kado itu di dekat tong sampah yang ada di sebelahnya. setelah berucap seperti itu Oik segera berlari keluar rumah Cakka, padahal diluar sana hujan masih mengguyur dengan derasnya.
serpihan hati ini, kupeluk erat
akan kubawa, sampai kumati
memendam rasa ini sendirian
ku tak tahu mengapa aku tak bisa
melupakanmu
Sedangkan di dalam, Cakka masih melihat Oik yang berlari sampai punggungnya tak terlihat lagi olehnya.
Cakka mengalihkan pandangannya, kue tar dengan tulisan HB’day Cakka kini hancur lebur.Dan di dalam tong sampah ada sebuah kado. Cakka segera mengambil, dan membuka kado itu. Kado itu berisi sebuah miniatur gitar yang sejak dari dulu menjadi impiannya. Cakka tersenyum tipis..
“Ik, aku pingin deh punya miniature gitar yang seperti di toko itu. Tapi sayangnya aku gak punya uang, pasti mahal harganya” Ujar seorang Cowok kwcil.
“Cakka mau itu? Iya deh,. ntar kalau Oik udah gede, Oik beliin itu buat Cakka”
“Beneran Ik?”
“Iya”
“Ternyata kamu masih ingat Ik. Mungkin aku sudah hampir lupa dengan itu. Tapi kamu masih mengingatnya, dan tepatin janji kamu.” Gumamnya. “maafkan aku Oik, aku tadi gak bermaksud ngomong kasar sama kamu. Pasti kamu marah banget sama aku, Aku bukan sahabat yang baik buat kamu”
Cakka membuka sebuah surat dari dalam kado.
Hai Cakka,
Wah udah gede ternyata sobatku ini. J HB’day ya Kka, sweet seventeen.Wish you all the best ya. GBU always ,deh. Hh.. bingung nih mau ngomong apalagi. Maaf ya aku gak bisa kasih kamu kado yang mahal. Maaf juga kalo kadonya jelek. Itu buatanku sendiri lho, :p .kursus 1 bulan sama Bi Rumi. Susah juga ternyata bikin miniature, pantes aja di toko harganya mahal. Aku harap kita bisa ngumpul lagi seperti dulu, aku kangen Kka saat kita bikin hal-hal gila kayak dulu. Take care.
^Oik CR^
‘Aku janji bakal simpan ini baik-baik.’ J
“Kka, lho Oiknya mana?” tanya mamanya.
“Mama?emm, tadi Oik udah pulang”
Mamanya melihat ke arah kue yang berantakan dan memalingkan pandangannya ke Cakka. “Apa tadi kamu sama Oik berantem?”
“....”
“Cakka jawab mama!”
“I...iya ma. Tapi tadi Cakka gak ada niat buat berantem. Habis Cakka capek sih”
“Ya tetep aja kamu salah. Tadi Oik udah nunggu kamu dua jam disini. Ya udah kamu tidur sekarang! Besok kamu minta maaf ke Oik”
“Iya ma”

***
Hari ini Oik bangun dengan malas-malasan. Sepertinya dia malas untuk berangkat hari ini. Tapi bagaimanapun ia harus berangkat, ia tak mau dianggap lemah oleh Cakka. Ia akan membuktikan pada dunia&terutama Cakka, kalau ia sanggup menjalani hidup ini tanpa seorang Cakka.
Sedangkan di tempat lain, Cakka bangun dengan riangnya. Hari ini ia berniat untuk berangkat pagi&meminta maaf kepada Oik. Sepertinya di dalam otaknya kini hanya ada Oik, sampai ia lupa tidak menghampiri Shilla untuk menjemputnya.

Cakka menunggu kedatangan Oik, akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga. Cakka segera menghampiri Oik, yang membuat langkah gadis itu terhenti mendadak.
“Minggir” perintahnya jutek.
“Aku gak mau minggir. Aku mau ngomong sama kamu” ujar Cakka kekeh.
“Bodo amat. Awas minggir” kini Oik berhasil melewati Cakka, namun tak ada halangan dari Cakka.
‘Please Kka, panggil aku. Jangan biarkan aku pergi Kka!” batin Oik, namun ternyata Cakka tak ada tanda-tanda untuk memanggil dirinya. Tanpa menoleh, Oik melangkahkan kakinya cepat menuju kelas.
***
kupercaya suatu hari nanti
aku akan merebut hatimu
walau harus menunggu
sampai ku tak mampu
menunggumu lagi

Sudah satu minggu ini setelah Cakka berusaha untuk meminta maaf tempo hari kepada Oik. Cakka dan Oik kini lost contact karna Oik yang memang berusaha untuk melupakan Cakka. Walaupun itu sulit, dan mungkin butuh berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan bisa juga bertahun-tahun. Namun rasanya hati Oik masih menginginkan kembali kepadanya walaupun hanya ‘sebatas sahabat’.
saat ini di SMA CANVAS masih istirahat. Otomatis semua siswa tidak ada yang di dalam kelas.
Oik memilih ke kantin dengan Acha dan Sivia. Ia selalu menghindari kontak mata dengan Cakka setiap bertemu. Dan ia pun memilih satu bangku dengan Acha karna dulunya ia satu bangku dengan Cakka. Acha-Sivia pun akhirnya tahu permasalahan yang terjadi pada Oik.
Oik, sivia dan Acha masih mencari tempat duduk setelah mereka membawa pesanan masing-masing.
“Via, Acha, kita kesitu aja yuk” tunjuk Oik pada satu bangku panjang yang masih kosong.
“Yuk” jawab keduanya kompak.
‘Bruk’
“Au...” pekik seseorang yang kena tumpahan makanan Oik.
“Makanya kalau jalan tuh pake mata jangan pake dengkul!” ujar orang itu ketus.
Saat Oik mendongakkan kepala ternyata yang ditabraknya tadi Shilla.
“Kka, basah nih baju aku. Gara-gara nih cewek satu” rengek Shilla.
“Udah Shill, lagian dikit doang kan basahnya?” Kata Cakka tenang.
“Tapi kan tetep aja, dia itu salah! Kamu kok gak marah sih sama dia?” Tanya Shilla lagi sambil melirik Ke arah Oik. Sedangkan Oik hanya cuek aja menunggu kelanjutan ceritanya dan menatap dengan pandangan menantang ke arah Cakka & Shilla.
“Udah ngomongnya? Kalau gitu aku ma pergi. Emm sorri ya buat yang tadi. Gak sengaja” Ucapnya datar masih dengan gaya cueknya.
“Gak kok Ik, kamu gak salah. Mungkin Shilla yang kurang hati-hati jalannya tadi.” Jawab Cakka sambil tersenyum tapi malah di balas dengan senyum kecut Oik.
“Kka, kamu kok gitu sih? Orang dia tadi yang salah” Shilla tak terima dengan omongan Cakka barusan. “Eh, Oik. Bersihin nih rok gue”
“Ya udah, lepas dong rok loe!” tantang Oik.
Suasana kantin kini mulai ramai, ada yang mendukung Oik ada pula yang mendukung Shilla.
Shilla yang ditantang tak bisa berkutik. Masak iya, dia mau telanjang?
Cakka yang udah gerah dengan adegan ini akhirnya menengahi.
“STOPPP SEMUA!” bentaknya. “Kalian tuh gak malu apa berantem gara-gara hal sepele kayak gini?”
“Daripada buang-buang waktu gue. Mending loe urus aja tuh pacar loe yang sok ganjen” Kata Oik masih dengan gaya cueknya. “Via, Acha pergi yuk dari sini. Udah gak nafsu gue”
Sepeninggal Oik dari kantin Cakka pun langsung mengajak Shilla pergi dari kantin, karna malu mungkin.


Tanpa angin tanpa hujan, tiba-tiba Alvin datang dan mulai masuk ke dalam kehidupan Oik. Seteleh PDKT yang cukup panjang, akhirnya Alvin pun menembak Oik.
“Oik,aku mau jujur sama kamu Ik” saat ini Alvin dan Oik masih duduk-duduk di taman.
“Jujur apa?”tanya Oik bingung.
“Aku suka sama kamu Ik, aku cinta sama kamu.” Kata Alvin akhirnya. “Would you  be my girl?” tanyanya kemudian.
Oik kaget mendengar pernyataan Alvin barusan.

Sedangkan di tempat lain tak jauh dari tempat Oik&Alvin berada. Ada seseorang yang sejak tadi melihat mereka berdua, entah kenapa ia menjadi panas dan marah. Rasanya ingin menghancurkan semua benda yang ada disitu. Saat ia mendengar Alvin menembak Oik.
‘Please Ik jangan diterima. Aku sadar aku suka sama kamu, aku sadar sesuatu yang hilang dari hidupku beberapa bulan ini tuh kamu. Mungkin ini karma yang Tuhan berikan untukku Ik’ batin seseorang, dia adalah Cakka.

“Tapi, Vin..sebenernya...”
“Sebenernya apa Ik?”
“Sebenernya...”
“Sebenernya Oik hanya cinta sama gue.” suara dari belakang mereka.
Kontan Oik dan Alvin menoleh ke belakang, Oik kaget melihat Cakka ada disitu.
“Cakka...” Ucap keduanya.
“Iya ini aku Cakka. Buat Alvin, maaf ya Oik sudah menjadi pacarku”
“Bukannya loe marahan ya ma Oik?” tanya Alvin bingung.
“Tapi sekaranga kita udah baikan kok, iya gak Ik?” Cakka meminta persetujuan dari Oik. Tapi Oik hanya bisa melongo dan menatapnya sebal.
“Siapa yang bilang aku pacar..” ucapan Oik di potong Cakka.
“Kayaknya kita perlu bicara berdua deh Ik. Alvin, aku tinggal dulu ya” senyumnya jahil, ia menggandeng Oik dan berlambai-lambai ria ke arah Alvin.




“Cakka lepasin!” Pekik Oik sambil berusaha melepaskan tangannya.
“Aku gak mau lepasin kamu lagi Oik, setelah apa yang kamu perbuat kepadaku.” Cakka meatap lekat kedua mata Oik, berusaha untuk mencari dirinya di dalam sana. Namun Oik memalingkan pandangannya ke arah lain. “Hh.. jujur waktu itu aku kalut, Maafkan aku Ik,aku takut kehilanganmu setelah aku menyadari satu perasaan yang tersembunyi dalam hatiku, Hanya ada satu nama disana... Nama itu Oik Cahya Ramadlani. Peri kecilku”
“Oh, terus?” ujar+tanyanya singkat.
“Ih, Oik gak bisa diajak romantis dikit sih? Kok jawabnya gitu,” Kini Cakka cemberut.
“Ih kok jadi kamu sih yang marah?”tanya Oik ikut-ikutan sebel.
“Kamu juga sih yang mulai.” Jawab Cakka ikutan marah. “Ya udah, kamu mau gak jadi pacarku?” Tanya Cakka cepat.
“Hah? Apa tadi kamu bilang? Oh, kamu lagi pingin kembang pacar ya?” tanya Oik polos #kembang pacar@makanan sejenis kayak ketan
“Ih Oik, bukan kembang Pacar. Tapi Pacar!” Lama-lama Cakka gemes juga nih. “Mending kamu diem dulu deh! jangan ngrusak momen.” Perintah Cakka yang membuat Oik anteng.
Saat ini mereka saling berhadapan satu sama lain, Cakka mulai dari awal. Cakka memegang dagu Oik dan mengangkatnya, saat itu mata mereka beradu pandang. Oik sudah mulai dag,dig,dug nih. Mau tak mau ia pun menatap mata Cakka.
“Would you be my girlfriend?” tanya Cakka.
Oik berusaha mencari kejujuran di kedua bola mata Cakka. Setelah menghembuskan nafas, akhirnya Oik menemukan jawaban yang pas. Oik melepaskan tangan Cakka dari dagunya, ia berbalik dan mulai berjalan meninggalkan Cakka.
“Mau kema ik?” tanya Cakka menghentikan langkah Oik.
“Apa kamu sama Shilla..”
“Aku sama dia udah putus. Aku sadar aku hanya menganggapnya sebagai sahabat gak lebih. Dia udah jadian tuh sama Kak Riko. Jadi gimana?” tanya Cakka
“Gimana apanya?” tanya Oik masih memunggungi Cakka.
“Kamu mau kan jadi Pacar ku?”
“Maaf Kka, tapi aku gak bisa..”
“Aku tahu kok, kamu gak bakal trima aku setelah apa yang aku lakukan terhadapmu selama ini” Ujar Cakka lesu.
“siapa bilang? Maksudku, aku gak bisa nolak kamu Cakka Kawekas Nuraga” kini Oik sudah berpaling ke Cakka.
“Beneran? Thanks Ik. Makasih juga buat kadonya. Kamu masih inget juga ternyata, padahal itu kan permintaanku 10 tahun yang lalu.” Ujarnya dalam pelukan Oik.
“E...iya..Cak..kKa.. lepasin dong!” Ucap oik yang mulai tersengal-sengal nafasnya karna sangking kuatnya pelukan Cakka.
“Heheh peace sorry, kelepasan tadi.”
Cakka mendekatkan diri ke Oik, kini jarak di antara mereka sudah dekat, hembusan nafas Cakka sudah mulai terdengar dan terasa di depan wajah Oik. Oikpun mulai menutup matanya.
‘Cup’
Cakka mengecup keningnya singkat. “Ik, kamu kenapa? Kok tutup mata?”Tanya Cakka jahil.
“Ehm,, gpp kok” jawab Oik gugup.
“Di kening aja ya, kamu kan masih kecil” Cakka tersenyum saat melihat muka Oik cemberut. “Maksudku, ntar aja di bibirnya kalau uadah nikah”
“Emangnya aku mau nikah sama kamu?” tanya Oik menantang.
“Ya harus dong!”
“Ih, maksa banget sih”
“Biarin wlek.. ;P” merekapun kejar-kejaran.


“Ekm.. kayaknya panas banget nih? Rik, kamu panas gak?” Ujar seseorang, Shilla
“Iya nih.banget malah” Timpal Riko tersenyum jahil.
“Lho Shilla, Kak Riko?” Tanya Oik bingung. “kalian daritadi disini?”
“Ya iyalah. Ik, aku minta maaf ya. Waktu itu aku gak bermaksud kok” Ujar Shilla.
“Emm, gpp kok Shill. Kita kan teman”
“Kka, PU’a dong” minta Riko.
“Eh kita kok di tinggal sih.” Ujar seseorang. Dia Via bersama Iel,Acha&Ozy.
“Kalian jadian kok gak bilang-bilang ma aku?” amuk Oik.
“Hahahahaha....  kalau mau disalahin, tuh salahin pacarmu Cakka!” Kata Iel.
“Ini kan idenya Cakka”
“CAKKKA..........................”
Yang diteriaki malah nyengir dengan tampang watadosnya.
“hahahaha....” merekapun tertawa bersama melihat kekonyolan CAKKA&OIK.
Dear Diary,
Inilah kisahku, kisah cinta yang mungkin berawal tragis, dimana aku harus berkorban demi kebahagiaannya. Cakka Kawekas Nuraga. Sekarang kami telah menyusun serpihan-serpihan hati itu bersama, tidak hanya aku dengan Cakka. Tapi juga Sahabat-sahabat kami, Acha, Shilla,Sivia yang telah menemukan pasangannya masing-masing. Ozy, Kak Riko, dan Kak Iel. Terimakasih Tuhan, engkau telah mengabulkan permintaanku. Aku akan menjadi orang yang paling bahagia di dunia ini.
Ku ingin kau tahu, ku ingin kau selalu
Dekat denganmu setiap hariku
Sudahkah kau yakin untuk mencintaiku
Ku ingin hanya satu tuk selamanya
*courtesy of LirikLaguIndonesia.Net
Ku tak melihat dari sisi sempurnamu
Tak peduli kelemahanmu
Yang ada aku jatuh cinta karena hatimu
Cintaku tak pernah memandang siapa kamu
Tak pernah menginginkan kamu lebih
Dari apa adanya dirimu selalu
Cintaku terasa sempurna karena hatimu
Selalu menerima kekuranganku
Sungguh indah cintaku
Sudahkah kau yakin untuk mencintaiku
Ku ingin hanya satu tuk selamanya
Ku tak (ku tak) melihat dari sisi sempurnamu
Tak peduli kelemahanmu
Yang ada aku jatuh cinta karena hatimu
Cintaku tak pernah memandang siapa kamu
Tak pernah menginginkan kamu lebih
Dari apa adanya dirimu selalu
Cintaku terasa sempurna karena hatimu
Selalu menerima kekuranganku
Sungguh indah cintaku, cintaku
Cintaku tak pernah memandang siapa kamu
Tak pernah menginginkan kamu lebih
Dari apa adanya dirimu selalu
Cintaku terasa sempurna karena hatimu
Selalu menerima kekuranganku
Sungguh indah cintaku
Sungguh indah cintaku, indah cintaku

END

Berakhir Dengan Bahagia -Cerpen CaIk-



Seorang gadis sedang bersimpuh di depan gundukan tanah. Air matanya terus mengalir. Satu persatu orang mulai meninggalkan tempat itu sambil menepuk pundak gadis itu untuk sekedar memberi ketabahan dan kekuatan. Seorang pemuda kini berada di sampingnya.
“Oik, kita pulang yuk” Ajak pemuda itu ia merangkul pundak gadis tadi. Namun gadis yang di panggil Oik itu hanya terdiam seakan tak mampu untuk melangkahkan kakinya untuk meninggalkan tempat itu. Untuk sekedar bicarapun sulit.
“Nggak Kka. Aku masih mau disini. Kasihan bunda di dalam sana.” Ujar Oik dengan suara parau.
“Iya, aku ngerti. Tapi kamu kan masih punya Om Riko. Masih ada Acha dan Sivia sahabatmu dan. Aku” ujarnya meyakinkan.
“Kalo gitu kalian pulang dulu aja. Aku masih pingin disini nemenin bunda.” Seorang pria paruh baya datang menghampiri keduanya.
“Oik sayang kita pulang ya. Ayah nggak mau kamu gini. Tuh liat Cakka, Acha, sama Sivia. Kasihan mereka nungguin, lagian juga kalo bunda liat kamu gini, dia pasti sedih.” Ujarnya lembut.
Oik mengalihkan pandangan dari gundukan tanah yang bertuliskan ‘Zahra Dianara’.
“Baiklah Oik pulang” Ujar Oik akhirnya karna ia tak mau melihat orang yang ia sayangi sedih. Dan juga ia tak berani melawan ayahnya. Sebelumnya Oik berkata “Bunda, Oik pulang dulu ya. Hiks.. “ ujarnya masih sesenggukan. “Bunda hati-hati ya. Bunda jangan sedih, Oik bakal baik-baik kok disini. Selamat jalan bunda” Oik mengusap nisan bundanya dengan sayang, kemudian ia menciumnya singkat. “Oik pulang bunda. Ntar Oik kesini lagi kok” Sivia dan Acha ikutan sedih melihat sahabatnya, sesekali mereka meneteskan mata. Cakka hanya bisa memandang Oik dengan tatapan pilu, rasanya ia sangat ingin memeluk gadis itu. Sedangkan ayah Oik hanya bisa menangis dalam kebisuan. Beliau mulai melangkah duluan meninggalkan keempatnya, rasanya ia tak ingin hal ini terjadi. Melihat anaknya menangis menambah sesak dalam hatinya.
                Akhirnya mereka pun meninggalkan pemakaman itu dengan Oik berada dalam pelukan Cakka, di sebelah kanan mereka ada Acha dan Sivia yang ikut berjalan sambil mengusap punggung Oik.
***
                1 Bulan telah berlalu semenjak meninggalnya sang bunda. Sedikit-sedikit Oik mulai bisa menerima kenyataan. Walaupun hatinya masih belum rela dan memendam kesedihan itu. Tapi di depan teman-temannya dan Ayahnya ia berusaha untuk selalu menampilkan keceriaan yang dulu selalu ia miliki. Seolah-olah tak terjadi apa-apa.
                Setelah satu bulan disibukkan dengan pekerjaannya, tiba-tiba ayahnya mengajak Oik untuk dinner bersama Sabtu ini, seperti dulu sebelum bundanya meninggal. Katanya Ayah Riko ingin bercerita-cerita. Soalnya sudah lama mereka tak melakukan hal itu lagi.
                Saat ini Oik dan ayahnya sudah berada di salah satu restoran mewah yang ada di Kota Bandung.
“Ayah, ayah mau bicara apa? Katanya ada yang penting?”Tanya Oik membuka pembicaraan.
“Oik, bicaranya nanti dulu ya. Nunggu seseorang bentar.” Kata ayahnya dengan senyum.
Saat Oik sedang sibuk dengan minumannya, tiba-tiba saja
“Hai Riko” sapa seseorang.
‘mungkin itu yang ayah tunggu’ pikir Oik masih sibuk dengan minumannya.
“Hai Shilla, silahkan duduk” ajak ayah Oik.
“Baiklah, Udah nunggu lama ya?” tanyanya.
“Ah enggak, biasa aja.” Kemudian Ayah Riko berpaling kepada Oik. “Oh ya, Ik kenalin ini tante Shilla. Shilla ini Oik anakku”
“Oh jadi ini anakmu? Udah besar ya ternyata? Cantik lagi seperti bundanya.” Ujar Shilla.
“Hay tante, makasih.” Balas Oik senang.
Pembicaraanpun berlangsung cukup lama.
***
                Oik baru saja pulang dari sekolahnya dengan diantar Cakka menggunakan motor CBR yellownya.
“Makasih ya Kka” kata Oik setelah turun dari motor itu.
“Iya sama-sama. Em, ya udah sekarang kamu masuk gih” suruh Cakka lembut.
“Lho? Kamu nggak pulang?” tanya Oik bingung.
“Nanti aku pulang setelah mastiin kamu udah masuk rumah atau belum” cengirnya.
“Ih kamu bisa aja. Ya udah deh aku masuk dulu ya. Hati-hati di jalan”
“Sipp deh”
                Setelah Oik masuk ke rumahnya, Cakka segera melesatkan motornya pergi meninggalkan rumah Oik.
                Oik pun berjalan memasuki rumah. Seperti biasa di rumah hanya ada bibik dan dirinya. Jam segini Ayahnya pasti belum pulang. Namun saat Oik akan menaiki tangga menuju kamarnya ada orang yang menyapanya.
“Tadi di anter siapa Ik?” Tanya orang itu. Oik mengalihkan pandangannya ia mendapati ayahnya sedang duduk di ruang keluarga yang tempatnya berdekatan dengan tangga.
“Eh yah, udah pulang? Tumben banget.” Ia tak menjawab pertanyaan ayahnya malah balik bertanya.
“Iya ayah udah pulang kok, kamu ditanya malah balik tanya. Tadi Cakka ya?” tanya ayahnya jahil.
“Ih ayah, apa deh. Iya tadi emang Cakka yang anter Oik pulang. Kenapa?” Ujaar Oik cemberut mendapat ledekan dari ayahnya.
“Nggak kenapa-kenapa. Tapi kalo ayah liat, kalian cocok deh.”
“Mulai deh. ah udah ah jangan bahas itu. Oik malu tau”
“Eh nggak percaya. Kayaknya Cakka tuh suka sama kamu. Kamu juga suka kan sama dia? Hayooo”
“Ih ayah udah. Oik ngambek nih” Bibirnya udah makin maju.
“Iya deh iya, ih kamu jelek tau kayak gitu. Hahaha...” tawa ayahnya meledak. “Ik, ayah mau tanya serius nih sama kamu” Ujar ayahnya yang udah berhenti tertawa dan wajahnya berubah serius.
Oik pun duduk di sebelah ayahnya.
“Tanya apa yah?” tanyanya bingung.
“Em, kalo kamu punya bunda baru setuju nggak?” tanyanya lagi yang membuat Oik cengo.
‘Bunda baru? Ok deh, mungkin ini jalan yang baik untuk membuat ayah bahagia lagi dengan bunda baru tentunya’ bati Oik dan tersenyum.
“Emangnya bunda barunya siapa yah?” tanya Oik penasaran.
“Tante Shilla” jawabnya singkat. “Tapi ya kalo kamu nggak mau juga nggak apa-apa kok. Ayah ngerti”
“Oik sih setuju-setuju aja, asalkan ayah bahagia dengan tante Shilla. Lagian juga kalo diliat-liat dia baik baik, cantik, apa lagi ya? Tapi itu terserah ayah juga. dan pastinya harus minta ijin dulu sama bunda zahra Ok ;)”
“Makasih Oik, kamu anak ayah yang paling baik deh, paling cantik, paling segalanya. Ayah janji ayah nggak bakal ngelupain kamu sama bunda Zahra.” Sangking senengnya Ayah Riko memeluk Oik erat.
“Ayah, emangnya anak ayah siapa lagi?” tanya Oik bingung.
“E... enggak ada. Hehehe” cengirnya.
“Ya iyalah Oik paling cantik, baik, dan segalanya orang anak ayah cuman Oik doang”
***
                Beberapa bulan telah berlalu semenjak pernikahan Shilla dan Riko. Dan selama itu pula Shilla sangat baik kepada Oik. Bahkan ia mengajak Oik Shopping bareng, makan bareng. Selama itu pula ia merasa sangat senang. Bundanya seperti kembali lagi.
                Namun pada suatu hari saat Ayah Riko pergi untuk mengurus proyeknya yang berada di Kalimantan, tante Shilla yang notabennya ‘bunda baru’ Oik tiba-tiba saja sikapnya berubah total nggak seperti biasanya. Ia cepat marah, dan terkadang pekerjaan rumah Oik disuruhnya untuk membersihkan. Padahal sudah ada Bibi yang mengurusnya. Apa ini tanda-tanda peran ibu tiri untuk menyiksa anak tirinya akan segera dimulai? Entahlah.

Hari ini semua murid di SMU Antariksa tempat Oik dan kawan-kawan bersekolah dipulangkan lebih awal. Saat Oik, Acha dan Sivia sedang berjalan di koridor, tiba-tiba saja ada beberapa anak yang menghampirinya.
“Hay Ik, kita pulang bareng yuk?” ajak cowok itu yang tak lain adalah Cakka.
“Em, tapi aku sama Acha sama Sivia” ujar Oik sambil melihat Acha dan Sivia bergantian.
“Udahlah Ik kita nggak apa-apa kok.” Ujar Sivia berusaha mengerti.
“Iya, mending loe balik aja sama Cakka. Tenang aja Acha balik bareng gue kok” Kata salah satu cowok diantara kedua teman Cakka. Dia Ozy yang segera pindah tempat untuk merangkul Acha.
“Dan Via sama gue” ujar cowok satunya lagi Gabriel.
“Iya Ik, kita nggak apa-apa kok. Kasihan tuh Cakka udah nunggu lama” Ujar Acha.
“Ya udah deh. Yuk Kka pulang” Kata Oik akhirnya.
Cakka dan Oik pun meninggalkan ke empat temannya.
Saat di parkiran,
“Ik, jalan-jalan bentar yuk.” Ajak Cakka
“Tapi Kka, aku nggak bisa” Jawab Oik merasa bersalah.
“Lho kenapa? Dulu juga kita sering jalan.” Tanya Cakka bingung, merasa aneh dengan sikap Oik akhir-akhir ini. Walaupun mereka semua udah tau kalo Cakka suka sama Oik semenjak Cakka belum putus dengan Nadya beberapa bulan yang lalu. Sampai saat ini walaupun ia telah putus dengan Nadya, namun rasanya belum berani untuk ia nyatakan cinta ke Oik secara langsung.
“Iya sih. Tapi aku harus bantu-bantu bunda Shilla di rumah.”
“Bukannya di rumahmu udah ada bibi?” Tanya Cakka semakin bingun. “Ayolah Ik sekali ini saja” mohon Cakka sangat. Oik jadi tak tega sendiri melihat Cakka memelas gitu.
“Iya deh. Ya udah yuk pergi sekarang. Tapi ntar pulangnya jangan kesorean ya”
“Sipp bos. Yuk naik”
                Setelah itu mereka melesat dengan motor CBR Cakka. Oik memeluk pinggang Cakka erat, karna ia taku jatuh. Habisnya Cakka kalo naik motor kenceng banget. Jadi ngeri sendiri.
                Cakka mengajak Oik ke suatu tempat yang sengat indah. Sebuah danau yang airnya masih terlihat jernih tanpa sampah atau limbah sekalipun. Disana ada perahu, Cakka mengajak Oik menaiki perahu itu.
“Ik, kita naik perahu yuk.” Ajak Cakka sambil berlari menggandeng tangan oik.
‘Deg’
Entah perasaan apa yang kini singgah di hati Oik, seakan semua masalahnya lenyap seketika.
“Aku takut kalo jatuh Kka” Ujar Oik setelah mereka berdua telah sampai di situ. Tempat dimana perahu berada.
“Udah nggak apa-apa. Ada aku kok yang slalu ada buat kamu. Kamu nggak bakal jatuh deh.” Kata Cakka meyakinkan.
Oik hanya mengangguk dan tersenyum.
                Setelah mereka menaiki perahu, perahupun mulai didayung Cakka agar berjalan. Oik menikmati udara luar yang udah lama ia tak hirup. Sudah lama ia tak melakukan ini, Ia jadi ingat dengan bundanya.
“Oik, gimana kamu suka nggak?” Tanya Cakka yang daritadi memperhatikan Oik.
“Suka, suka banget malah. Aku jadi kangen nih sama bunda. Apa kabarnya bunda disana ya?” tanya Oik, seperti kepada dirinya sendiri. Cakka yang melihatnya pun menghibur Oik.
“Syukur deh kalo kamu suka tempatnya. Udah dong, jangan sedih lagi ya. Tante Zahra pasti bahagia kok disana asalkan kamu tersenyum.” Senyum Cakka. “Oh iya Ik, sebenernya aku mau bilang kalo aku...” Ucapnya menggantung.
“kamu mau ngomong apa kka?” tanya Oik bingung.
“Aku suka Ik sama kamu. Aku cinta sama kamu. Kamu bisakan liat itu semua dari mataku?” Ujarnya.
                Oik kini diam, tak percaya dengan pernyataan Cakka barusan. Ia deg-degan, ia grogi, ia salting di tatap Cakka seperti itu.
Cakka memegang dagu Oik dan mengangkatnya agar bisa menatap mata Oik.“Tatap mataku Ik” mohonnya. “Apakah kamu mau jadi gadisku?” tanya Cakka lembut.
Oik menolehkan wajahnya agar matanya tak bertatapan dengan Cakka.“Tapi Kka..”
“Kamu nggak percaya Ik?” tanya Cakka kecewa.
“Bukan gitu Kka, aku percaya kok. Tapi aku...”
“Kamu kenapa Ik? Apa udah ada orang lain di hatimu sekarang?” Tanyanya lesu.
“Nggak kok. Kasih aku waktu Kka buat jawab pertanyaan kamu” Kata Oik akhirnya.
“Ya udah, sampai kapan pun aku akan menunggumu Ik. Aku nggak akan memaksa kok” Cakka tersenyum. Oik pun mebalasnya senyum.
                Tak terasa langit sudah berubah warna menjadi jingga. Sebentar lagi matahari akan tenggelam. Oik yang baru menyadarinya akhirnya meminta Cakka untuk mengantarkannya pulang. Ia takut bila nanti sampai di rumah. Mereka pun meninggalkan danau itu dan melesat menuju rumah Oik.

                Oik turun dari motor Cakka di depan sebuah rumah megah, ia menyerahkan helm yang tadi ia pakai.
“Sekali lagi makasih ya Kka, untuk hari ini.” Ujar Oik.
“Iya sama-sama, kamu nggak usah lebay gitu deh.” Cakka mengacak rambut Oik.
“ehhehehe... ya udah deh aku masuk dulu.”
“Iya. Aku pulang dulu.” Tanpa disangka Cakka pinggang Oik mendekat ke arahnya, ternyata ia mengecup kening Oik.
                Setelahnya Cakka pergi, ia pun masuk ke dalam rumah dengan senyum-senyum sendiri.
“Enak  ya, anak SMU balik hampir Maghrib. Di antar pacar, dicium lagi” Suara pedas Bunda Shilla membuatnya berhenti dan menunduk.
“Tadi bukan pacar Oik kok bun. Tadi itu ada pelajaran tambahan” Kata Oik, ia terpaksa berbohong agar Bunda Shilla tak marah. Namun perkiraannya salah.
“Enggak usah panggil-panggil bunda deh” Ketusnya. “Sejak kapan aku ngelahirin kamu hah? Sekarang bunda tersayangmu itu udah mati. Sebentar lagi ayahmu akan jatuh ke tanganku” Mendengar itu Oik langsung mendongak kaget,
“Tan..tante mau apakan ayah? Ayah nggak salah apa-apa tante. Udah cukup Oik saja” tak terasa airmatanya jatuh membasahi pipinya.
“kamu gak perlu tahu apa yang akan saya lakukan kepada kalian. Permainan baru saja kita mulai Oik sayang” ujarnya dengan senyum sinis. “Sekarang mending kamu bersihin seluruh rumah ini! Besok kamu cuci semua baju-baju kotor, pembantu pulang kampung. Kamu kerjain semuanya sendiri! Halaman depan sama belakang juga, jangan lupa kolam renang di kuras.” Ujarnya, saat mau meninggalkan Oik, ia behenti sejenak. “Oh ya, awas aja kalo kamu sampe berani bilang sama semua orang tentang hal ini terutama sama ayah tercintamu itu”
                Oik tak bisa menolak ataupun membantahnya. Bukannya ia takut sama Ibu tirinya, tapi ia tak mau terjadi apa-apa dengan ayahnya.
                Setelah mandi Oik langsung mengerjakan pekerjaannya. Ia ingin semua selesai dengan cepat. Lagian ini juga bukan yang pertama kalinya Ibu tirinya itu menyuruhnya buat mengerjakan urusan rumah tangga ini. Oik memulainya dari menyapu rumah.
                Tak terasa hari sudah larut, bersamaan dengan itu ia telah menyelesaikan semua pekerjaannya. Tak ada pikiran buat makan malam, Ia langsung merebahkan diri di kasurnya yang empuk. Rasanya ia ingin kabur, atau apalah gitu agar bisa bebas dari penderitaan ini. Syukur-syukur ayahnya bisa pulang secepatnya.
                Oik mengambil Sebuah album foto berukuran besar berwarna biru tua yang terletak di atas pianonya. Ia mulai membuka satu persatu lembaran foto itu, ia mulai mengingat-ingat kejadian-demi kejadian. Disana ada foto bundanya. Bunda saat menggendongnya waktu kecil, saat bermain boneka.
Kubuka album biru
Penuh debu dan usang
Kupandangi semua gambar diri
Kecil bersih belum ternoda

Pikirkupun melayang
Dahulu penuh kasih
Teringat semua cerita orang
Tentang riwayatku
Reff
Kata, mereka diriku selalu dimanja
Kata, mereka diriku selalu ditimang

Nada-nada yang indah
Selalu terurai darinya
Tangisan nakal dari bibirku
Takkan jadi deritanya

Tangan halus dan suci
Telah mengangkat tubuh ini
Jiwa raga dan seluruh hidup
Rela dia berikan

Back to Reef
*Oh.. bunda ada dan tiada dirimu
Kan selalu ada di dalam hidupku

                Oik mengakhiri lagu itu denga air mata yang kini sudah membentuk anak sungai di kedua pipinya. Bersamaan dengan itu pula ia sampai di halaman terakhir album foto itu.
“Bunda, Oik kangen sama bunda. Bunda apa kabarnya disana? Bunda jangan hukum bunda Shilla ya, ini semua bukan salah dia. Ini salah Oik. Salah Oik yang nggak patuh sama perintahnya, maafkan Oik Bunda, maafkan Oik Allah. Do’akan Oik bunda, biar Oik sabar dan kuat untuk menghadapi bunda Shilla. Bunda juga jangan marah ya sama ayah, ini bukan salah ayah kok.” Kata Oik dengan senyuman tulusnya, ia terus memandangi foto bundanya di sebuah figura, lalu ia menciumnya sangat lembut dan dalam. Seakan yang ada di dalam foto itu nyata.
***
                Pagi ini terlihat agak mendung, Oik bangun. Badannya terasa sakit semua. Tapi apapun yang terjadi ia harus tetep sekolah. Saat ia hendak bangun, ia mendengar seseorang sedang berbicara di bawah.

Di tempat lain,
‘tok,tok,tok’
Seseorang membuka pintu. Seorang wanita paruh baya keluar.
“Siapa?” tanyanya.
“Em, Oiknya ada tante?” tanya orang itu yang tak lain adalah Cakka.
“Oik gak tau kemana” ujarnya ketus.
“Tante tau Oik kemana?” Tanya Cakka lagi.
“Ngapain sihnyari dia? Mending sekarang juga kamu pergi! Kecil-kecil udah berani pacaran” ketusnya.
“Tapi tante..”
“Sana pergi. Sekali lahi saya katakan, Oik nggak ada disini. Udah mati bareng ibunya kali” Kata wanita itu masa bodoh.
“Tante jangan bilang gitu ya, bagaimanapun dia juga anak tante walaupun tiri.” Cakka kini malah balik marah kepadanya.-waktu di danau, Oik bercerita tentang ibu tirinya-
“Udah berani kamu sama orangtua? Pergi sana!” usirnya, kini sambil mendorong-dorong Cakka agar menjauh dari rumahnya. Tak lupa ia gembok pintu gerbang agar Cakka tak lagi bisa masuk.
                Setelah Shilla masuk ke dalam rumah, Cakka melesat pergi dengan motornya. Di dalam otaknya hanya memikirkan gimana keadaan Oik, dimana ia sekarang.

                Acha dan Sivia menunggu Oik di dalam kelas, tak biasanya Oik datang terlambat. Itu pun kalo Oik berangkat. Kedatngan Cakka ke kelasnya, Acha dan Sivia menyambutnya dengan berbagai pertanyaan.
“Lho, Oiknya mana Kka? Bukannya kamu jemput Oik ya?” Tanya Acha bingung.
“Iya Kka, kok Oiknya nggak bareng kamu sih?” kini giliran Sivia yg berkata.
“Nah itu masalahnya kenapa gue kemari. Gue mau nanya ma kalian, Oik kemana?” Tanya Cakka.
“Kok nanya ke kita. Dari tadi Oik belum berangkat, dikira kita ya Oik sama kamu gitu” jawab Acha.
“emang sih tadi gue ke rumah Oik, niatnya mau ngejemput. Tapi yang keluar mama tirinya. Gue nanya Oik kemana, eh dia malah bilang Oik nggak ada di rumah. Aku tanya kalian, mungkin saja kalian tau kemana Oik. Kalian kan sahabatnya”
“Kita gak tau Oik kemana supah deh, duh kemana ya Oik?” Jawab plus tanya Sivia khawatir.
“Ya udah mending ntar pulang sekolah kita cari bareng-bareng.
***
2 hari telah berlalu
                Dengan keadaannya yang kurang enak badan, Oik masih harus mengerjakan tugasnya. Otomatis ia terpaksa membolos.  Tadi sebelum Shilla pergi, ia telah mewanti-wanti Oik agar tidak menerima sembarang tamu, terutama teman-temannya dan juga Cakka.
                Hari sudah mulai siang, Oik sedang menyirami tanaman di halaman depan. Terdengar suara deru motor berhenti di depan gerbang. Oik mendekatinya, ia kaget ternyata yang datang adalah Cakka. Ia bingung harus ngomong apa. Oik berusaha menghindar dari Cakka. Ia meninggalkan selang yang masih memancarkan air,
“Oik tunggu” teriak Cakka.
Oik hanya bisa menghentikan langkahnya, dan ia hanya diam mematung.
“Selama ini kamu kemana sih Ik? Kita tuh khawatir nyariin kamu, kamu gak berangkat tanpa ketearangan lagi. Seenggaknya kamu telfon Via atau Acha kek. Mereka tuh kelimpungan nyari kamu.” Nadanya seperti menandakan bahwa ia marah, khawatir, dengan keadaan Oik. Cakka berusaha membuka gerbang, dan berhasil. Ternyata gerbangnya tidak di gembok. Cakka berlari menuju ke arah Oik. Ia memeluknya sangat erat.
“Oik, kamu tau gak sih? Selama ini aku gak konsen belajar, gara-gara aku khawatir dengan keadaanmu. Kamu janji kan nggak kayak gini lagi?” Tanyanya meyakinkan Oik.
“Kka, lepasin. Aku mohon Kka.” Oik masih tetep nggak berbalik, ia pun berusaha untuk melepaskan tangan Cakka dari pinggangnya.
“Aku nggak mau lepasin kamu lagi. Sebelum kamu janji nggak kayak gini lagi, nggak ngehindar lagi dari aku.”
Kini Oik berhasil melepaskan tangan Cakka dari pinggangnya. Dan berbalik menatap Cakka tajam, “Aku nggak bisa janji sama kamu. Oh ya, yang buat di danau itu aku udah mutusin”
“Bener Ik? Jadi kamu mau jadi pacarku” Tanya Cakka berbinar.
“Maaf, aku nggak bisa terima kamu. Aku nggak cinta sama kamu. Lebih baik sekarang kamu pulang dan jangan peduliin aku lagi. Aku mohon Kka” Ujar Oik, semua itu salah besar. Padahal ia sangat berharap untuk mengatakan ‘aku mau jadi pacar kamu Kka, aku cinta sama kamu’. Namun rasanya susah, apalagi Ada tante Shilla yang jelas-jelas mewanti-wanti agar tidak berhubungan dengan Cakka.
“Oik tatap mataku Ik, kamu nggak serius kan buat ngomong gitu? Aku yakin kamu pasti punya rasa yang sama denganku. Benerkan Ik?” Tanya Cakka berusaha meyakinkan Oik lagi.
“hhhh... itu semua salah. Yang aku omongin tadi benar.”
‘itu semua benar Kka, yang kamu omongin itu benar. aku sangat cinta sama kamu’ batinnya.
“Tapi Ik,..”
“mending kamu pulang deh Kka, sebelum bunda datang” kata Oik datar. Ia melangkahkan kakinya untuk pergi. Namun Cakka lebih dulu mencekal tangannya. Cakka heran dengan warna biru ke hijau-hijauan yang ada di lengan Oik. Dan juga warna merah di pipi sebelah kirinya.
“Ik, ini tangan kamu kenapa? Pipi kamu juga. Cerita ke aku Ik, siapa yang ngelakuin ini semua?” tanya Cakka khawatir sambil memegang luka yang ada di tangan Oik dan juga pipi Oik.
“Oh itu nggak kenapa-kenapa kok. Tenang aja, ini di pipi gara-gara di gigit nyamuk terus aku kukur deh. nah, kalo yang di tangan gara-gara aku kurang berhati-hati, natap pintu deh. bener kok” Ujar Oik, kini ia mulai tersenyum.
“Serius? Tapi ini kayak bekas tamparan tangan deh.” Tanya Cakka menyelidik.
“Bener. Ya udah mending kamu pulang sekarang aja deh, bentar lagi bunda pulang”
“Ya udah aku pulang. Kamu hati-hati ya, kalo ada apa-apa bilang ke aku.”
“Sipp”
Cakka pun meninggalkan rumah Oik.
“Fiuh.. hampir aja” Kata Oik sambil melihat lengannya yang terasa nyeri kena pukulan dari ibu tirinya.
***
                Hari-hari dilalui Oik seperti biasa, ayahnya belum pulang juga.  Shilla mengajaknya pergi entah kemana.
                Kata Shilla untuk beberapa bulan mereka akan tinggal di rumah yang udah di beli Shilla mungkin. Apa rencananya udah berhasil?
“Ini rumah siapa tante?” Tanya Oik bingung.
“Udah deh kamu diem aja! Masih mending aku ajak tinggal kamu disini. Bentar lagi Ayahmu itu akan bangkrut. Jadi mulai sekarang berterima kasihlah kepadaku” Jawabnya enteng.
“Nggak mungkin. Ayah nggak pernah korupsi, terus sekarang Ayah kemana?” tanya Oik.
“Tau” jawabnya singkat.

Di tempat lain,
                Sebuah mobil berhenti di depan rumah mewah. Kaca mobil mulai diturunkan. Ia melihat tulisan yang tertulis di depan gerbang. ‘DI JUAL. HARAP HUBUNGI NO. 081987xxxxx’. Orang yang ada di dalam mobil itu menggeram kesal.
“Apa-apaan ini? Sion, antar saya ke Kantor cepetan”
“Baik pak Riko.”
                Mobil itu pun meninggalkan rumah besar itu.menuju ke kantor yang Riko maksud. Sesampainya di kantor ia pun langsung marah-marah kepada semua karyawannya yang kini terlihat sedang duduk-duduk santai tanpa melakukan aktivitas.
“Apa-apaan ini? Keanapa kalian nggak kerja? Cepetan kerja!” marah Riko.
Seseorang datang menghampirinya. “Maaf Pak Riko, perusahaan kita terancam bangkrut. Kami semua bingung apabila nanti kami semua akan di PHK.”
“Kok bisa?” marahnya ke orang tadi.
“Pak, mari kita keruangan saya. Saya mau ngasih laporan keuangan selama bapak tidak ada.” Riko pun mengikuti pegawai tadi menuju ke sebuah ruangan.
“Pak ini laporan keuangan selama beberapa bulan lalu dan sekarang.” Orang tadi menunjukkanlaporan keuangan perusahaan itu.
“Shit, gila ini gila Alvin!” makinya. “Ini kenapa keluaran lebih banyak daripada pemasukan? Ini apa lagi, bulan Juni keluaran samapi mencapai 1 M itu giamana? Kalian apakan aja uang itu.”
“Maaf pak, ini semua atas permintaan Bu Shilla. Itu semua juga atas izin bapak”
“Alvinnn, kamu saya percayai untuk mengurus keuangan, tadinya kamu jangan terima permintaan Shilla gitu aja dong sebelum saya bilang sendiri ke kamu.”
“Tapi disini ada tanda tangan bapak” Alvin mengeluarkan semua cek..
“Ya sudah, kita urus bareng-bareng masalah ini. Saya yakin ini bisa di atasi. Tolong bantu saya Alvin. Sekarang kamu tahu keberadaan Shilla dimana?” tanya Riko.
“saya tidak tahu Pak. Tapi kayaknya Bu Shilla ke daerah Yogya.”
“Terus dia bawa Oik anakku?” Riko Shock mendengarnya.
***
                Seluruh polisi telah berpatroli ke kota Yogya untuk mencari keberadaan Shilla dan Oik berada.
Riko dari tadi berkutat dengan hp’a. Seperti sibuk menelpon seseorang namun tak kunjung ada jawaban dari seberang.
“Halo Cakka, kamu bisa bantu om buat cari Oik?” tanya Riko.
“Iya om, Cakka bisa. Sudah dari kemarin Cakka mencari Oik. Sekarang om dimana?” tanya Cakka.
“Saya di daerah kota Yogakarta.”
“Baik om, Cakka sama temen-temen segera kesana”
Tutt, sambungan putus.


                Cakka yang baru saja mematikan sambungan telpone dari om Riko, ia segera menghubungi Ozy, Gabriel, Sivia juga Acha buat nyari Oik bareng-bareng.
Cakka dan rombongan pun telah meluncur menuju ke Kota Yogyakarta. Ia sangat khawatir sekali dengan keadaan Oik.
“Kka, mending loe diem dulu deh. ini aku masih nyetir, Ntar kalo nabrak gimana” ujar Gabriel yang ada di samping Cakka.
“Gimana gue bisa diem?”
“Sabar Kka” Ujar Ozy.

***
                Shilla kaget dengan mobil-mobil yang kini berjejer di depan rumahnya. Ia menyuruh Oik untuk tetap berada di dalam kamarnya.
“SHILLA... KELUAR KAMU!” Teriak orang dari luar sambil gedor-gedor pintu. Namun Shilla tak juga keluar,
                ‘BRAKKKK’ pintu di dobrak secara paksa. Semua polisi segera memeriksa semua ruangan yang ada di situ.
                Sedangkan Riko mengetuk pintu kamar. “Oik, Oik sayang kamu di dalam nak?” tanyanya khawatir. Namun tak ada suara.
‘BRAKK’ lagi-lagi ia mendobrak pintu secara paksa. Ia bener-bener kaget dengan pemandangan yang ada dalam.
“SHILLA LEPASIN OIK!”
“Aku nggak akan lepasin dia sebelum kamu menyerahkan semua aset kekayaan yang kamu punya.” Tantangnya kini tangan kirinya memegang tangan Oik ke belakang, dan tangan kanannya memegang pisau ke arah leher Oik.
“Ayah, tolong yah kasih aset itu.”
“Enggak Oik, kamu bisa selamat tanpa ayah melepaskan aset ayah.”
“Oh jadi kamu lebih memilih anakmu mati? Manusia bodoh!” umpat Shilla kesal. Ia juga sebenarnya tak tega memperlakukan Oik gini.
“Ayah tolong oik yah, kasih aset itu”
Karna Riko masih kekeh juga, tiba-tiba saja Saat ia mau menusuk Riko,
‘JLEBBB’
Keadaan hening. Mereka semua shock Shilla juga.
“CAKKKKAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA” teriak Oik.
“Cakka?” Riko kaget ternyata yang kena pisau Shilla bukan Oik juga bukan dirinya namun Cakka. Cakka telah menolongnya.
“Cakka kamu nggak apa-apa?” Oik langsung menghambur ke arah Cakka.
“Aku.. nggak.. ke..napa..ke..napa Ik” ucapnya terbata-bata. Masih sempatnya ia tersenyum.
“Angkat tangan saudari Shilla” Sang polisi baru datang dan segera menangkap Shilla.
“Sekarang juga bawa Cakka ke rumah sakit” Ujar Riko.ayah Oik.
Gabriel dan Ozy pun segera membopong Cakka, sebelum ia kehabisan darah.

***
                Di sebuah ruangan di salah satu rumah sakit. Seseorang duduk di kursi samping Tempat tidur.
“Cakka, bangun Kka. Aku mohon bangun. Kamu gak kasihan apa sama aku? Aku sangat mencintaimu Kka. Aku mau kok jadi pacar kamu” kata sang gadis, yang tak lain Oik.
“Oik, kamu nggak tidur sayang.” Sapa seseorang.
“belum ngantuk” jawabnya datar.
“Oik maafkan Ayah, ayah tau ayah salah. Seandainya saja ayah mau ngasih aset itu, pasti sekarang kita nggak akan ada yang terluka.” Sesal Riko.
“Udah terlambat Yah” Jawabnya dingin. Sedangkan Sivia, Acha, Ozy dan Gabriel sudah terlelap di sofa yang ada di ruangan itu.
“Maafkan Ayah”
                Tiba-tiba saja ada yang bergerak di genggaman Oik. Ternyata itu yang bergerak tangan Cakka.
“Kka, kamu sadar?” tanyanya setengah nggak percaya namu ia mulai bahagia.
Perlahan mata Cakka terbuka. “Aku dimana Ik?” tanyanya dengan suara lirih.
“Kamu di rumah sakit, aku panggilin dokter ya”
“Enggak usah Ik.” Cakka kini beralih ke samping oik. “Om Riko? Om nggak kenapa-kenapa kan?” Tanyanya khawatir.
“Om nggak apa-apa Kok kka, seharusnya om yang nanya ke kamu. Gimana kamu?” beliau tersenyum. “Maafkan om ya Kka, ini gara-gara om.”
“Ini bukan salah om Riko kok, anggap saja ini kecelakaan. Oik, kamu marah dengan om Riko?” tanya Cakka. Namun Oik hanya diam. “Ik, tolong ya kamu jangan marah sama om Riko, beliau berusaha mati-matian buat nyari kamu. Kamu nggak kasihan?” tanya Cakka.
“Iya, Oik juga minta maaf yah” sesal Oik.
“Nggak apa-apa kok Ik, ayah juga minta maaf nggak bisa kasih ibu yang baik buat kamu. Ayah merasa bersalah sama bunda kamu”
“Oik sayang ayah, ayah jangan tinggalin Oik lagi ya” Kini Oik memeluk ayahnya.
“Iya, ayah janji nggak akan ninggalin kamu” Riko mengusap dengan lembut punggung Oik.
“Ekhm, ya sudah ayah tidur dulu ya. Kalian ngobrol dulu aja. Hehehe” ujarnya jahil.
Setelah Ayahnya pergi, kini hanya kebisuan yang menemani mereka.
“Oik, apa kamu masih mau untuk merubah pendirian kamu?” tanya Cakka hati-hati. Oik menunduk malu. Ia mengangguk pelan. “Beneran Ik? Thanks banget ya” Ujar Cakka kegirangan “Auh...” rintihnya.
“Aduh Kka kamu kenapa? Sakit ya? Makanya jangan keterusan, masih sakit juga” omel Oik khawatir.
“Habisnya kelewat seneng sih, jadi kamu mau kan jadi pacarku?”
“Iya Cakka Nuraga. Harus berapa kali aku bilang hmm” geram Oik gemas.
“Hehehe... Love you Ik”
“Love you to Kka”

_TAMAT_

SERPIHAN HATI (CERPEN CaIk)












dimatamu aku tak bermakna, tak punyai arti apa-apa
kau hanya inginkanku, saat kau perlu
tak pernah berubah

Dear diary, 
       Jatuh cinta sama sahabat sendiri, adalah hal terbodoh yang pernah kulakukan. Harus berapa kali aku merutuki diriku sendiri untuk tak jatuh cinta sama dia.
Sungguh menyakitkan saat dilupakan dan tak dianggap sama sahabat, teman kecilku, teman yang slalu ada untukku.
Cakka Kawekas Nuraga, nama yang selalu ada di hatiku, orang yang selalu bisa membuatku salting saat bersamanya. Di dunia ini banyak beribu cowok, tapi mengapa aku harus mempunyai perasaan lain terhadapnya?
Apa aku salah mencintai sahabat sendiri? Aku tak tahu apa-apa, perasaan itu muncul begitu saja. Aku Oik Cahya Ramadlani, hanya seorang gadis yang baru mengenal apa itu ‘CINTA’ tapi kenapa Cinta Pertamaku setragis ini?
***
Seperti biasa Oik berangkat ke sekolah dengan Cakka sahabatnya. Dari kecil mereka selalu masuk dalam satu sekolah. Apa itu yang dinamakan ‘TAKDIR’?
“Ik, dah sampai.”
“Oh, iya. Masuk yuk udah mau bel nih Kka”
“Ayo”
Mereka pun memasuki kelas bersama-sama. Sesaat kemudian



‘Teeeeeeeettttt’ akhirnya bel istirahat pun telah berkumandang. Ini adalah saat-saat paling menyenangkan bagi semua murid SMA CANVAS. Terutama Cakka dan Oik, mereka berdua emang selalu bareng kemana-mana.
“Ik, aku mau ngomong sesuatu nih” Ujar Cakka saat kelas sudah mulai sepi karna murid-muridnya lari ke kantin.
“Ya udah ngomong aja disini” Jawab Oik dengan nada yang terbilang cukup santai. Padahal, daritadi jantungnya dag-dig-dug mulu waktu Cakka megang tangannya.
“Gak bisa disini. Ke taman aja yuk” ajak Cakka kemudian yang sudah menarik tangan Oik keluar.
Sesampainya di taman.
“Cakka, lepasin!”perintahnya. “Mau ngomong apa’an sih? Kok kayaknya penting gitu?” tanya Oik heran, karena tak biasanya Cakka seperti ini.
“Kamu tahu gak? Saat ini itu aku lagi suka sama seseorang”
“Teruss?” Tanya Oik singkat.
“Dengerin dulu dong! Aku pingin nembak itu anak tapi aku gak berani” Cengir Cakka.
‘Cakka suka sama orang? Ya Allah Cobaan apa ini? Kok aku kayaknya gak rela gitu ya. Aku takut kalau dia udah jadian, ntar aku dilupain.’ Batin Oik
“Ik, kamu kok bengong gitu sih? Daritadi kamu gak dengerin aku ya?” tanya Cakka mengagetkan Oik.
“Eh gak eh iya aku dengerin kamu kok” Ucapnya gagap sambil memaksakan senyum. “Emangnya kamu suka sama siapa Kka?” tanya Oik kemudian sambil menatap mata Cakka.
Saat ini Mereka saling berhadapan.
“Sebenernya aku suka sama Shilla, kelas XI.IPA.1” Jawab Cakka sambil mengembangkan senyumnya.
“Oh” sedangkan Oik hanya membalasnya singkat mendadak ekspresi mukanya berubah sedih. Namun ternyata Cakka tak menyadarinya.
“Oh ya, Ik kamu maukan bantuin aku buat deket sama Shilla? Kamu kan temen satu cheers. Ayolah Ik?” mohon Cakka sangat berharap berharap Oik akan membantunya.
‘mungkin dengan aku menyatukan Cakka dan Shilla, aku bisa bahagia karna Cakka pasti akan bahagia. Melihatnya bahagia aku juga ikut bahagia walau itu bukan ‘aku’ yang membuatnya bahagia.karna aku tak sanggup bila melihatnya sedih. Aku hanya pingin jadi sahabat yang baik buat dia’
“Tuh kan daritadi kamu bengong. Ik, Mau kan? Bantuin aku. Mau ya, Please” mohon Cakka sangat sambil menaik turunkan alisnya.
“Iya deh aku bantu” Jawab Oik akhirnya sambil tersenyum walaupun sebenarnya ia tak bisa untuk melakukannya.
“Yeah, makasih Oikku” Cakka senyam-senyum sendiri, reflek memeluk Oik.
Oik kaget dengan Cakka yang memeluknya tiba-tiba, namun ia seneng juga. Pelukan Cakka nyaman dan hangat. Kemudian ia berfikir lagi mungkin saja itu pelukan terakhirnya dengan Cakka. Tak terasa setetes air jatuh dari kelopak matanya. Buru-buru ia menghapusnya, takut ketahuan Cakka. Itu berarti sama saja dengan membuatnya sedih.
“Eh, sorry Ik. Tadi kelepasan. Hehehe. Maklum masih seneng” Ujar Cakka tiba-tiba dan melepaskan pelukannya dari Oik.
“Iya, gak apa-apa kok Kka” sekali lagi Oik berusaha untuk tersenyum.



Mulai hari ini Oik bertekad untuk menghapus semua perasaannya ke Cakka. Karna ia tahu, Cakka lebih bahagia dengan Shilla nantinya.
Saat ini Oik masih latihan Cheers bersama timnya. Disini Oik menjadi ketuanya. Seteleha tiga puluh menit berlalu, merekapun istirahat untuk sekedar melepas peluh.
Oik menghampiri Shilla yang masih bercerita dengan teman-temannya, mungkin lagi seru. Pikir Oik. Ia pun menghampiri Shilla untuk melancarkan aksinya.
Satt sudah tepat di hadapan Sihlla. “Hay shill, sibuk ya?” sapa Oik dengan senyum untuk sekedar basa-basi.
“Eh, Oik. Gak kok, ini lagi cerita-cerita aja ma Via. Ada apa ya Ik?”
“Shill, aku mau bicara sesuatu sama kamu.”
“Oh ya udah kalau gitu disini aja” Suruh Shilla dengan senyumnya.
“Emmm, kayaknya kita perlu bicara berdua deh” Ujar Oik.


Kini Oik dan Shilla hanya berdua saja di taman sekolah.
“Mau bicara apa Ik?” tanyanya memecah keheningan.
“Kamu mau gak jalan sama Cakka?” tanya Oik
“kamu gila ya? Gak mungkin lah, kamu tahukan kalau aku tuh suka sama Kak Riko” shilla hanya geleng-geleng kepala. “Bukannya kamu suka sama Cakka? Maaf Ik, aku gak bisa”
“Shilla, please. Kamu mau ya? Iya aku tahu kamu suka sama Kak Riko. Aku tahu itu, mungkin melihat Cakka bahagia itu sudah cukup untuk membuatku ikut bahagia.” Ujar Oik. “Lagian ini semua bukan mau ku, ini semua permintaan Cakka. Dia suka sama kamu Shilla, mungkin aku hanya dia anggap sebagai sahabat dan itu tak lebih dari seorang sahabat. Aku pingin membuatnya bahagia sekali saja.” Sesaat kemudian keadaan menjadi hening.
“Tapi Ik”
“Kalau kamu anggap aku teman, terimalah. Hitung-hitung kamu membantu temanmu”
“Baiklah kalau itu maumu, aku akan melakukannya. Tapi jangan pernah salahkan aku kalau nantinya perasaanku berubah ke Cakka.”
“Makasih ya Shill”
Akhirnya Shilla menerima permintaan Oik. Yah, permintaan konyol yang tak banyak orang melakukannya. Sebuah permintaan untuk menjadi pacar dari orang yang ia sangat cintai. Oik tahu ini baru awal cerita,
***
Hari demi hari beralu sejak Shilla menerima tawaran itu. Oik kini merasa Cakka telah menjauh dari dirinya. Padahal ini baru awal,
Dulunya yang Cakka selalu berangkat bersama dengan dirinya, ke kantin bareng, hari minggu ke tempat basecamp, tapi itu dulu. Kini Semua itu digantikan dengan Shilla disisi Cakka, Oik juga kini jarang bertemu dengan Cakka di rumahnya. Mungkin Cakka hampir tak pernah ke basecamp lagi.  Oik kini lebih sering bersama Acha dan Sivia. Seperti saat ini mereka sedang berlatih Cheers.
“Oik, Shilla kok jarang masuk latihan sih?” Tanya Sivia heran.
“Iya Ik, hp’a juga jarang aktif” timpal Acha.
“Mungkin dia lagi sibuk, ya udah Via, Acha kita lanjutin latihannya yuk” Jawab Oik. Ia menghembuskan nafas berat.
“Ik, kamu gak kenapa-napa kan?” tanya Via khawatir.
“Gak kok.” Jawab Oik singkat sambil tersenyum untuk meyakinkan teman-temannya kalau dia tidak kenapa-napa.



Tak terasa kini hari minggu kembali, Oik berniat untuk ke basecamp walaupun ia tahu kalau Cakka tidak bakalan datang.
Oik menaiki mobilnya, hari ini jalanan terlihat sangat sepi. Mungkin juga hati Oik yang ikut merasakan kesepian itu.
Sebuah mobil jass ungu memasuki sebuah rumah yang di depannya terdapat halaman yang cukup luas dengan berbagai macam pohon dan tanaman, yang membuat udara sejuk. Oik turun dari mobilnya, setelah mengunci ia segera masuk ke dalam rumah itu. Disana ada Bi Rum yang sengaja dibayar orangtua Oik dan Cakka untuk mengurus rumah itu.
“Assalamau’alaikum. Bi Rumi, ini Oik” Ketika Oik memasuki sebuah rumah sederhana.
“Non Oik, kok gak bareng sama Den Cakka datangnya?” tanya Bi Rumi heran.
“Oh iya, tadi Oik masih ada urusan”
‘dug..dug...dug..dug” suara pantulan Bola basket terdengar.
“Bi, itu dibelakang siapa ya? Yang mainbola?” tanya Oik heran karna ia tahu itu bukan Cakka.
“Oh, itu den Cakka.”
“Kok gak ada motornya bi didepan?”
“Motornya lagi di bengkel sebelah.”
“Ya udah bi, Oik ke belakang dulu ya”
“Iya non”


‘Dud..dug..dug..dug’ Cakka masih terlihat serius mendribel bola basketnya. Tiba-tiba saja ia mendengar ada suara derap langkah mendekatinya. Ia pun menghentikan permainannya, saat ia menoleh
“Oik? Kamu kesini juga?”Tanya Cakka dengan mengembangkan senyumnya.
“Iya. Lagian juga tiap minggu aku kesini kok. Kamu tuh yang gak pernah kesini.”
“Hehehe.. biasa lagi ‘PDKT’ sama Shilla. Oh ya, makasih ya kamu udah bantu aku buat deket sama Shilla”
“No problem” jawabnya singkat.
Seharian ini mereka menghabiskan waktu bersama di basecamp. Tanpa ada satu orangpun menganggu mereka.
Tuhan, aku berharap padaMu. Semoga Cakka akan kembali dekat denganku seperti dulu.aku tahu, mungkin ini hanya berlaku untuk hari ini saja. Lusa juga dia akan kembali ke dunianya sendiri.Bahkan tadi dia tak menanyakan kabarku.’
***

kadang ingin kutinggalkan semua
pedih hati menahan dusta, diatas perih ini aku sendiri
selalu sendiri
1 Minggu telah berlalu dari pertemuannya dengan Cakka di Basecamp. Hari ini disekolahnya terlihat heboh dengan kabar Cakka dan Shilla jadian.
“Oik, sini deh” tarik Sivia sama Acha mengajak Oik ke bangku saat ia baru saja datang.
“Ada apa sih? Kok kalian heboh banget?” tanya Oik heran.
“Eh Shilla sama Cakka jadian.” Heboh Acha.
“Oh”
“Kok jawabnya gitu sih Ik? Emangnya kamu belum dikasih tau ya, sama Cakka?”tanya Sivia heran. “Dia kan sahabatmu. Kalau sampai itu terjadi, aku gak bakal tinggal diam”
“Bener tuh.” Timpal Acha
“Aku udah tau kok dari Cakka kemarin.” Jawab Oik berusaha biasa saja.
Inilah kelebihan Oik, dia tidak mau membuat semua orang menganggap sahabatnya tak baik. Sampai saat ini dia belum bicara dengan kedua temannya ini tentang hal yang sebenarnya.

1 Minggu telah berlalu dari pertemuannya dengan Cakka di Basecamp. Hari ini disekolahnya terlihat heboh dengan kabar Cakka dan Shilla jadian.
“Oik, sini deh” tarik Sivia sama Acha mengajak Oik ke bangku saat ia baru saja datang.
“Ada apa sih? Kok kalian heboh banget?” tanya Oik heran.
“Eh Shilla sama Cakka jadian.” Heboh Acha.
“Oh”
“Kok jawabnya gitu sih Ik? Emangnya kamu belum dikasih tau ya, sama Cakka?”tanya Sivia heran. “Dia kan sahabatmu. Kalau sampai itu terjadi, aku gak bakal tinggal diam”
“Bener tuh.” Timpal Acha
“Aku udah tau kok dari Cakka kemarin.” Jawab Oik berusaha biasa saja.
Inilah kelebihan Oik, dia tidak mau membuat semua orang menganggap sahabatnya tak baik. Sampai saat ini dia belum bicara dengan kedua temannya ini tentang hal yang sebenarnya.

Tak terasa, hari ini telah tiba , dimana Cakka berulang tahun. Oik menyambutnya dengan gembira,. Ia sudah membuat rencana dari jauh-jauh hari untuk membuat surprise buat Cakka.
Oik sudah siap dengan kue tar ukuran kecil ditangannya. Dengan lilin berangka 17. Malam ini akan menjadi malam terindah Cakka. Pikirnya. Kebetulan rumah Cakka cuman berada di samping rumahnya. Jadi ia hanya membutuhkan waktu beberapa menit untuk sampai di rumah Cakka dengan berjalan kaki.
‘ting,tong,ting,tong’ suara bel rumah berbunyi. Kini Oik sudah berada di depan rumah Cakka.
Pintu terbuka, muncul wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dari dalam rumah.
“Malem tante” sapa Oik ramah.
“Eh Oik, Cakkanya masih ke rumah teman katanya. Udah dari tadi sih, mungkin sebentar lagi dia pulang. Masuk dulu yuk Ik” ajak tante Ida mamanya Cakka.
“Iya tan makasih, tapi Oik tunggu di luar aja ya.”
“Ini udah malem, sebaiknya kamu masuk aja gih. Di luar dingin, bentar lagi kayaknya mau turun hujan”
“Gak apa-apa kok tan, biar Oik bisa langsung ketemu Cakka ntar. Oik kan mau kasih surprise buat ultah Cakka.” Jawabnya senang
“Ya, ampun kamu ingat ya? Tante sampai lupa lho, ya udah deh biar tante temenin aja ya”
“Makasih tante, tapi kayaknya tante capek deh.”
“Gpp kok sayang, ini kan buat Cakka anak tante.”
Akhirnya Oik dan tante Ida pun menunggu kedatangan Cakka di ruang tamu.

1 jam kemudian, kini waktu sudah menunjukkan jam 10.00 malam.
Oik masih berusaha untuk tidak tidur, sedangkan tante Ida di sebelahnya sudah tidur dengan pulas nampaknya.
“Cakka mana sih? Udah jam segini dia kok belum pulang?” tanya Oik entah pada siapa. “Ya, Allah tolong jaga dia” do’a dalam hati.
“Oik, Cakka belum pulang ya?” tanya tante Ida tiba-tiba.
“Iya tan”
“Ya udah, tente masuk kamar dulu ya. Nanti kalau mau pulang minta anter Cakka.
Tak terasa kini sudah jam 11 malam, tak lama kemudian terdengar suara deru motor memasuki halaman.
“mungkin itu Cakka.”
Tak lama kemudian muncul seorang cowok dari arah pintu. Ruangan itu terlihat gelap. Tiba-tiba saja lampu menyala.
“Surprise” ujar Oik dengan membawa kue tar.
“Oik? Ngapain kamu disini?” tanya Cakka bingung.
“Happy Birtday Cakka” Oik menghiraukan pertanyaan Cakka tadi.
“Aku tanya ngapain kamu disini?” Cakka mengulang pertanyaannya.
“Ya buat surprise lah. Ya udah sekarang kamu tiup lilinnya” Oik menyalakan lilinnya. “Sekarang kamu make a wish dulu. Baru deh kamu tiup” Ujar Oik panjang lebar.
“Ik..”
“Ayo kka” ajak Oik sambil menarik tangan Cakka, karna dari tadi Cakka hanya diam.
“Ik”
“Sekarang tiup deh”
“OIK CUKUP”bentak Cakka kemudian yang mulai gerah dengan tingkah Oik.
Tiba-tiba suasana hening. Oik kini diam, tapi tidak dengan otak dan hatinya. Oik kaget dengan bentakan Cakka, karena ini baru kali pertamanya ia di bentak sahabatnya.
“Cak...Cakka”
“CUKUP YA! AKU CAPEK. SEKARANG AKU MAU ISTIRAHAT. MENDING KAMU PULANG SANA!!!!!” bentak Cakka lagi dengan muka marah. Bersamaan itu guntur menggelegar, di depan hujan lebat. Air mata Oik kini mulai turun membentuk sungai kecil di kedua pipi chubbynya.
“Kamu kok bentak aku gitu sih? Apa salah aku?” tanya Oik akhirnya dengan sesenggukan.
“Oik maaf. Sebaiknya kamu pulang sekarang deh. aku udah ngantuk” Cakka kini berbicara dengan nada lembut dan menyesal karna tadi udah berkata kasar dengan Oik.
“Apa kamu capek karna udah ngerayain Ultahmu dengan ‘PACAR BARU KAMU’” ucapnya dengan menekan kata yang di capslock.
“Wajar kan?”tanya Cakka.
“Apa kamu lupa? Ok, semenjak kamu jadian sama Shilla, kamu lupa sama aku. Kamu lupa dengan segalanya. Kamu lupa dengan aku sahabatmu.” Kini Oik menjadi marah.
“Ik bukan maksud aku...”
“Ok fine, mulai sekarang kamu urus aja tuh Shilla. Urus dunia barumu.”
“OIK CUKUP!!! MULAI SEKARANG SHILLA PACARKU, JADI TOLONG HARGAIN DIA!! KAMU SAMA SHILLA ITU GAK ADA APA-APANYA OK. KAMU BUKAN SIAPA-SIAPAKU JADI KAMU GAK ADA HAK BUAT IKUT CAMPUR SOAL DUNIAKU”
Oik menghela nafas sesaat. Ia kaget dengan semua ucapan sahabatnya itu.“ jadi selama ini kamu gak pernah anggap aku ada? Jadi apa arti aku dalam hidupmu? Musuhkah?” Oik sudah cukup capek dengan semua perasaan yang slama ini mengganjalnya. “Kamu lupa dengan semua janjimu dulu,. Aku hanya ingin jujur untuk yang terakhir kalinya sama kamu, CAKKA KAWEKAS NURAGA, apa kamu pernah berfikir? Kalau aku menyukaimu, aku menyayangimu lebih dari sekedar sahabat. Tidak kan? Aku melakukan semua ini, aku bantu kamu buat jadian sama Shilla. Karna aku ingin melihatmu bahagia, walaupun itu sakit. Sakit banget, karna aku tak pantas mempunyai perasaan itu”
Cakka tercenung dengan ungkapan Oik barusan, Oik rela melakukan apa saja demi dirinya bahagia? Pikir Cakka.
Tapi karna ia sudah capek dan akal sehatnya dikalahkan dengan amarah dan rasa kantuk tanpa sadar ia mengucapkan kata yang sebenernya tak ingin ia katakan.
“Kalau kamu emang ingin melihatku bahagia, mending sebaiknya kamu pergi dari kehidupanku dan Shilla! Pergi jauh-jauh karna aku sudah muak”
“Kalau itu maumu aku akan pergi, Kecamkan baik-baik itu” Karna kue yang tadi ia pegang telah jatuh, kini ia mengambil sebuah kado di meja. “Aku lupa, ini kado buat kamu. Tapi kayaknya kado ini sudah ‘tak penting’ lagi lagi buat kamu. Sayang banget ya kalau dibuang? Tapi gpp deh, lagian juga ini kado dari ‘orang gak penting’ kayak aku.” Oik pun membuang kado itu di dekat tong sampah yang ada di sebelahnya. setelah berucap seperti itu Oik segera berlari keluar rumah Cakka, padahal diluar sana hujan masih mengguyur dengan derasnya.
serpihan hati ini, kupeluk erat
akan kubawa, sampai kumati
memendam rasa ini sendirian
ku tak tahu mengapa aku tak bisa
melupakanmu
Sedangkan di dalam, Cakka masih melihat Oik yang berlari sampai punggungnya tak terlihat lagi olehnya.
Cakka mengalihkan pandangannya, kue tar dengan tulisan HB’day Cakka kini hancur lebur.Dan di dalam tong sampah ada sebuah kado. Cakka segera mengambil, dan membuka kado itu. Kado itu berisi sebuah miniatur gitar yang sejak dari dulu menjadi impiannya. Cakka tersenyum tipis..
“Ik, aku pingin deh punya miniature gitar yang seperti di toko itu. Tapi sayangnya aku gak punya uang, pasti mahal harganya” Ujar seorang Cowok kwcil.
“Cakka mau itu? Iya deh,. ntar kalau Oik udah gede, Oik beliin itu buat Cakka”
“Beneran Ik?”
“Iya”
“Ternyata kamu masih ingat Ik. Mungkin aku sudah hampir lupa dengan itu. Tapi kamu masih mengingatnya, dan tepatin janji kamu.” Gumamnya. “maafkan aku Oik, aku tadi gak bermaksud ngomong kasar sama kamu. Pasti kamu marah banget sama aku, Aku bukan sahabat yang baik buat kamu”
Cakka membuka sebuah surat dari dalam kado.
Hai Cakka,
Wah udah gede ternyata sobatku ini. J HB’day ya Kka, sweet seventeen.Wish you all the best ya. GBU always ,deh. Hh.. bingung nih mau ngomong apalagi. Maaf ya aku gak bisa kasih kamu kado yang mahal. Maaf juga kalo kadonya jelek. Itu buatanku sendiri lho, :p .kursus 1 bulan sama Bi Rumi. Susah juga ternyata bikin miniature, pantes aja di toko harganya mahal. Aku harap kita bisa ngumpul lagi seperti dulu, aku kangen Kka saat kita bikin hal-hal gila kayak dulu. Take care.
^Oik CR^
‘Aku janji bakal simpan ini baik-baik.’ J
“Kka, lho Oiknya mana?” tanya mamanya.
“Mama?emm, tadi Oik udah pulang”
Mamanya melihat ke arah kue yang berantakan dan memalingkan pandangannya ke Cakka. “Apa tadi kamu sama Oik berantem?”
“....”
“Cakka jawab mama!”
“I...iya ma. Tapi tadi Cakka gak ada niat buat berantem. Habis Cakka capek sih”
“Ya tetep aja kamu salah. Tadi Oik udah nunggu kamu dua jam disini. Ya udah kamu tidur sekarang! Besok kamu minta maaf ke Oik”
“Iya ma”

***
Hari ini Oik bangun dengan malas-malasan. Sepertinya dia malas untuk berangkat hari ini. Tapi bagaimanapun ia harus berangkat, ia tak mau dianggap lemah oleh Cakka. Ia akan membuktikan pada dunia&terutama Cakka, kalau ia sanggup menjalani hidup ini tanpa seorang Cakka.
Sedangkan di tempat lain, Cakka bangun dengan riangnya. Hari ini ia berniat untuk berangkat pagi&meminta maaf kepada Oik. Sepertinya di dalam otaknya kini hanya ada Oik, sampai ia lupa tidak menghampiri Shilla untuk menjemputnya.

Cakka menunggu kedatangan Oik, akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga. Cakka segera menghampiri Oik, yang membuat langkah gadis itu terhenti mendadak.
“Minggir” perintahnya jutek.
“Aku gak mau minggir. Aku mau ngomong sama kamu” ujar Cakka kekeh.
“Bodo amat. Awas minggir” kini Oik berhasil melewati Cakka, namun tak ada halangan dari Cakka.
‘Please Kka, panggil aku. Jangan biarkan aku pergi Kka!” batin Oik, namun ternyata Cakka tak ada tanda-tanda untuk memanggil dirinya. Tanpa menoleh, Oik melangkahkan kakinya cepat menuju kelas.
***
kupercaya suatu hari nanti
aku akan merebut hatimu
walau harus menunggu
sampai ku tak mampu
menunggumu lagi

Sudah satu minggu ini setelah Cakka berusaha untuk meminta maaf tempo hari kepada Oik. Cakka dan Oik kini lost contact karna Oik yang memang berusaha untuk melupakan Cakka. Walaupun itu sulit, dan mungkin butuh berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan bisa juga bertahun-tahun. Namun rasanya hati Oik masih menginginkan kembali kepadanya walaupun hanya ‘sebatas sahabat’.
saat ini di SMA CANVAS masih istirahat. Otomatis semua siswa tidak ada yang di dalam kelas.
Oik memilih ke kantin dengan Acha dan Sivia. Ia selalu menghindari kontak mata dengan Cakka setiap bertemu. Dan ia pun memilih satu bangku dengan Acha karna dulunya ia satu bangku dengan Cakka. Acha-Sivia pun akhirnya tahu permasalahan yang terjadi pada Oik.
Oik, sivia dan Acha masih mencari tempat duduk setelah mereka membawa pesanan masing-masing.
“Via, Acha, kita kesitu aja yuk” tunjuk Oik pada satu bangku panjang yang masih kosong.
“Yuk” jawab keduanya kompak.
‘Bruk’
“Au...” pekik seseorang yang kena tumpahan makanan Oik.
“Makanya kalau jalan tuh pake mata jangan pake dengkul!” ujar orang itu ketus.
Saat Oik mendongakkan kepala ternyata yang ditabraknya tadi Shilla.
“Kka, basah nih baju aku. Gara-gara nih cewek satu” rengek Shilla.
“Udah Shill, lagian dikit doang kan basahnya?” Kata Cakka tenang.
“Tapi kan tetep aja, dia itu salah! Kamu kok gak marah sih sama dia?” Tanya Shilla lagi sambil melirik Ke arah Oik. Sedangkan Oik hanya cuek aja menunggu kelanjutan ceritanya dan menatap dengan pandangan menantang ke arah Cakka & Shilla.
“Udah ngomongnya? Kalau gitu aku ma pergi. Emm sorri ya buat yang tadi. Gak sengaja” Ucapnya datar masih dengan gaya cueknya.
“Gak kok Ik, kamu gak salah. Mungkin Shilla yang kurang hati-hati jalannya tadi.” Jawab Cakka sambil tersenyum tapi malah di balas dengan senyum kecut Oik.
“Kka, kamu kok gitu sih? Orang dia tadi yang salah” Shilla tak terima dengan omongan Cakka barusan. “Eh, Oik. Bersihin nih rok gue”
“Ya udah, lepas dong rok loe!” tantang Oik.
Suasana kantin kini mulai ramai, ada yang mendukung Oik ada pula yang mendukung Shilla.
Shilla yang ditantang tak bisa berkutik. Masak iya, dia mau telanjang?
Cakka yang udah gerah dengan adegan ini akhirnya menengahi.
“STOPPP SEMUA!” bentaknya. “Kalian tuh gak malu apa berantem gara-gara hal sepele kayak gini?”
“Daripada buang-buang waktu gue. Mending loe urus aja tuh pacar loe yang sok ganjen” Kata Oik masih dengan gaya cueknya. “Via, Acha pergi yuk dari sini. Udah gak nafsu gue”
Sepeninggal Oik dari kantin Cakka pun langsung mengajak Shilla pergi dari kantin, karna malu mungkin.


Tanpa angin tanpa hujan, tiba-tiba Alvin datang dan mulai masuk ke dalam kehidupan Oik. Seteleh PDKT yang cukup panjang, akhirnya Alvin pun menembak Oik.
“Oik,aku mau jujur sama kamu Ik” saat ini Alvin dan Oik masih duduk-duduk di taman.
“Jujur apa?”tanya Oik bingung.
“Aku suka sama kamu Ik, aku cinta sama kamu.” Kata Alvin akhirnya. “Would you  be my girl?” tanyanya kemudian.
Oik kaget mendengar pernyataan Alvin barusan.

Sedangkan di tempat lain tak jauh dari tempat Oik&Alvin berada. Ada seseorang yang sejak tadi melihat mereka berdua, entah kenapa ia menjadi panas dan marah. Rasanya ingin menghancurkan semua benda yang ada disitu. Saat ia mendengar Alvin menembak Oik.
‘Please Ik jangan diterima. Aku sadar aku suka sama kamu, aku sadar sesuatu yang hilang dari hidupku beberapa bulan ini tuh kamu. Mungkin ini karma yang Tuhan berikan untukku Ik’ batin seseorang, dia adalah Cakka.

“Tapi, Vin..sebenernya...”
“Sebenernya apa Ik?”
“Sebenernya...”
“Sebenernya Oik hanya cinta sama gue.” suara dari belakang mereka.
Kontan Oik dan Alvin menoleh ke belakang, Oik kaget melihat Cakka ada disitu.
“Cakka...” Ucap keduanya.
“Iya ini aku Cakka. Buat Alvin, maaf ya Oik sudah menjadi pacarku”
“Bukannya loe marahan ya ma Oik?” tanya Alvin bingung.
“Tapi sekaranga kita udah baikan kok, iya gak Ik?” Cakka meminta persetujuan dari Oik. Tapi Oik hanya bisa melongo dan menatapnya sebal.
“Siapa yang bilang aku pacar..” ucapan Oik di potong Cakka.
“Kayaknya kita perlu bicara berdua deh Ik. Alvin, aku tinggal dulu ya” senyumnya jahil, ia menggandeng Oik dan berlambai-lambai ria ke arah Alvin.




“Cakka lepasin!” Pekik Oik sambil berusaha melepaskan tangannya.
“Aku gak mau lepasin kamu lagi Oik, setelah apa yang kamu perbuat kepadaku.” Cakka meatap lekat kedua mata Oik, berusaha untuk mencari dirinya di dalam sana. Namun Oik memalingkan pandangannya ke arah lain. “Hh.. jujur waktu itu aku kalut, Maafkan aku Ik,aku takut kehilanganmu setelah aku menyadari satu perasaan yang tersembunyi dalam hatiku, Hanya ada satu nama disana... Nama itu Oik Cahya Ramadlani. Peri kecilku”
“Oh, terus?” ujar+tanyanya singkat.
“Ih, Oik gak bisa diajak romantis dikit sih? Kok jawabnya gitu,” Kini Cakka cemberut.
“Ih kok jadi kamu sih yang marah?”tanya Oik ikut-ikutan sebel.
“Kamu juga sih yang mulai.” Jawab Cakka ikutan marah. “Ya udah, kamu mau gak jadi pacarku?” Tanya Cakka cepat.
“Hah? Apa tadi kamu bilang? Oh, kamu lagi pingin kembang pacar ya?” tanya Oik polos #kembang pacar@makanan sejenis kayak ketan
“Ih Oik, bukan kembang Pacar. Tapi Pacar!” Lama-lama Cakka gemes juga nih. “Mending kamu diem dulu deh! jangan ngrusak momen.” Perintah Cakka yang membuat Oik anteng.
Saat ini mereka saling berhadapan satu sama lain, Cakka mulai dari awal. Cakka memegang dagu Oik dan mengangkatnya, saat itu mata mereka beradu pandang. Oik sudah mulai dag,dig,dug nih. Mau tak mau ia pun menatap mata Cakka.
“Would you be my girlfriend?” tanya Cakka.
Oik berusaha mencari kejujuran di kedua bola mata Cakka. Setelah menghembuskan nafas, akhirnya Oik menemukan jawaban yang pas. Oik melepaskan tangan Cakka dari dagunya, ia berbalik dan mulai berjalan meninggalkan Cakka.
“Mau kema ik?” tanya Cakka menghentikan langkah Oik.
“Apa kamu sama Shilla..”
“Aku sama dia udah putus. Aku sadar aku hanya menganggapnya sebagai sahabat gak lebih. Dia udah jadian tuh sama Kak Riko. Jadi gimana?” tanya Cakka
“Gimana apanya?” tanya Oik masih memunggungi Cakka.
“Kamu mau kan jadi Pacar ku?”
“Maaf Kka, tapi aku gak bisa..”
“Aku tahu kok, kamu gak bakal trima aku setelah apa yang aku lakukan terhadapmu selama ini” Ujar Cakka lesu.
“siapa bilang? Maksudku, aku gak bisa nolak kamu Cakka Kawekas Nuraga” kini Oik sudah berpaling ke Cakka.
“Beneran? Thanks Ik. Makasih juga buat kadonya. Kamu masih inget juga ternyata, padahal itu kan permintaanku 10 tahun yang lalu.” Ujarnya dalam pelukan Oik.
“E...iya..Cak..kKa.. lepasin dong!” Ucap oik yang mulai tersengal-sengal nafasnya karna sangking kuatnya pelukan Cakka.
“Heheh peace sorry, kelepasan tadi.”
Cakka mendekatkan diri ke Oik, kini jarak di antara mereka sudah dekat, hembusan nafas Cakka sudah mulai terdengar dan terasa di depan wajah Oik. Oikpun mulai menutup matanya.
‘Cup’
Cakka mengecup keningnya singkat. “Ik, kamu kenapa? Kok tutup mata?”Tanya Cakka jahil.
“Ehm,, gpp kok” jawab Oik gugup.
“Di kening aja ya, kamu kan masih kecil” Cakka tersenyum saat melihat muka Oik cemberut. “Maksudku, ntar aja di bibirnya kalau uadah nikah”
“Emangnya aku mau nikah sama kamu?” tanya Oik menantang.
“Ya harus dong!”
“Ih, maksa banget sih”
“Biarin wlek.. ;P” merekapun kejar-kejaran.


“Ekm.. kayaknya panas banget nih? Rik, kamu panas gak?” Ujar seseorang, Shilla
“Iya nih.banget malah” Timpal Riko tersenyum jahil.
“Lho Shilla, Kak Riko?” Tanya Oik bingung. “kalian daritadi disini?”
“Ya iyalah. Ik, aku minta maaf ya. Waktu itu aku gak bermaksud kok” Ujar Shilla.
“Emm, gpp kok Shill. Kita kan teman”
“Kka, PU’a dong” minta Riko.
“Eh kita kok di tinggal sih.” Ujar seseorang. Dia Via bersama Iel,Acha&Ozy.
“Kalian jadian kok gak bilang-bilang ma aku?” amuk Oik.
“Hahahahaha....  kalau mau disalahin, tuh salahin pacarmu Cakka!” Kata Iel.
“Ini kan idenya Cakka”
“CAKKKA..........................”
Yang diteriaki malah nyengir dengan tampang watadosnya.
“hahahaha....” merekapun tertawa bersama melihat kekonyolan CAKKA&OIK.
Dear Diary,
Inilah kisahku, kisah cinta yang mungkin berawal tragis, dimana aku harus berkorban demi kebahagiaannya. Cakka Kawekas Nuraga. Sekarang kami telah menyusun serpihan-serpihan hati itu bersama, tidak hanya aku dengan Cakka. Tapi juga Sahabat-sahabat kami, Acha, Shilla,Sivia yang telah menemukan pasangannya masing-masing. Ozy, Kak Riko, dan Kak Iel. Terimakasih Tuhan, engkau telah mengabulkan permintaanku. Aku akan menjadi orang yang paling bahagia di dunia ini.
Ku ingin kau tahu, ku ingin kau selalu
Dekat denganmu setiap hariku
Sudahkah kau yakin untuk mencintaiku
Ku ingin hanya satu tuk selamanya
*courtesy of LirikLaguIndonesia.Net
Ku tak melihat dari sisi sempurnamu
Tak peduli kelemahanmu
Yang ada aku jatuh cinta karena hatimu
Cintaku tak pernah memandang siapa kamu
Tak pernah menginginkan kamu lebih
Dari apa adanya dirimu selalu
Cintaku terasa sempurna karena hatimu
Selalu menerima kekuranganku
Sungguh indah cintaku
Sudahkah kau yakin untuk mencintaiku
Ku ingin hanya satu tuk selamanya
Ku tak (ku tak) melihat dari sisi sempurnamu
Tak peduli kelemahanmu
Yang ada aku jatuh cinta karena hatimu
Cintaku tak pernah memandang siapa kamu
Tak pernah menginginkan kamu lebih
Dari apa adanya dirimu selalu
Cintaku terasa sempurna karena hatimu
Selalu menerima kekuranganku
Sungguh indah cintaku, cintaku
Cintaku tak pernah memandang siapa kamu
Tak pernah menginginkan kamu lebih
Dari apa adanya dirimu selalu
Cintaku terasa sempurna karena hatimu
Selalu menerima kekuranganku
Sungguh indah cintaku
Sungguh indah cintaku, indah cintaku

END

Template by:
Free Blog Templates